Monday, October 30, 2006

Pemkot Batu Tagih Kompensasi Air

Jawa Pos - Radar Malang, Senin 30 Oktober 2006

MALANG - Janji Pemkot Malang untuk memberikan kompensasi atas penggunaan air yang bersumber di Kota Batu ditagih. Sebab, hingga menjelang akhir tahun 2006, Pemkot Malang masih belum memberikan tanda-tanda akan membayar kompensasi seperti hasil kesepakatan antara PDAM Kota Malang dan PDAM Batu.

Bukan hanya itu, Pemkot Malang kelihatannya akan mengingkari hasil kesepakatan yang dibuat antara BUMD dua daerah tersebut pada November 2005 lalu. Padahal, November tahun lalu, PDAM dua kota bertetangga tersebut membuat kesepakatan bahwa PDAM Kota Malang akan memberikan kompensasi kepada PDAM Kota Batu. Pemberian kompensasi tersebut akan diberikan secara bertahap mulai 2006 hingga 2008.

Untuk kompensasi pada 2006, PDAM Kota Malang memberikan kompensasi sebesar Rp 250 permeter kubik. Sedang pada 2007 meningkat menjadi Rp 300 permeter kubik, dan pada 2008 nanti akan meningkat menjadi Rp 350 meter perkubik.

Direktur Utama PDAM Kota Batu Ir Zainul Arifin menjelaskan, selama satu tahun ini kesepakatan antara dua PDAM tersebut tidak bisa berjalan efektif. "Padahal kompensasi air tersebut merupakan potensi yang cukup besar bagi Pemkot Batu. Selain itu, kompensasi tersebut nantinya akan digunakan untuk konservasi mata air," ujar pria yang akrab dipanggil Jinung tersebut.

Pihak eksekutif dan legislatif di Kota Batu sendiri akan menseriusi masalah kompensasi air tersebut. Rencananya, pembahasan kompensasi tersebut akan ditindaklanjuti pada November mendatang. "DPRD Kota Batu sudah bersepakat untuk menuntaskan masalah tersebut. Yakni dengan membahas persoalan tersebut dalam pertemuan antar anggota dewan se-Malang Raya," paparnya.

Jinung memaparkan, Wali Kota Batu Imam Kabul sudah siap menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) antara Pemkot Malang dan Pemkot Batu. "Pak Wali sudah siap," tegas Jinung.

Benarkah sudah ada kesepakatan pemberiatan kompensasi air? Ternyata Pemkot Malang merasa belum membuat kesepakatan tersebut sehingga keinginan Pemkot Batu untuk mendapatkan kompensasi tersebut akan sia-sia. "Kami tidak pernah membuat kesepakatan atau menandatangani pemberian kompensasi. Yang kami tandatangani saat itu hanyalah notulen rapat," ujar Direktur Utama PDAM Kota Malang Heryadi Santoso.

Ia menjelaskan, untuk pemberian kompensasi tersebut sepenuhnya bukan lagi merupakan tanggung jawab PDAM Kota Malang. Namun hal tersebut merupakan wewenang Wali Kota Malang Peni Suparto dan DPRD Kota Malang. "Kalau Pemkot Malang setuju, maka PDAM juga setuju," pungkasnya. (fir)

Angkat Honorer jadi PNS

Jawa Pos - Radar Malang, Senin 30 Oktober 2006

MALANG - Pemkab Malang kini telah mempersiapkan proses penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) dari kelompok pegawai negeri kontrak (honorer). Hal ini berdasarkan surat data yang diterima dari kementerian pemberdayaan aparatur Negara (Men-PAN) bahwa pegawai yang direkrut sekitar 200 ribu lebih.

Hanya saja untuk detailnya jatah Kabupaten Malang hingga kini belum diketahui secara pasti. Tidak hanya itu, bahkan petunjuk pelaksanaan teknis penerimaan CPNS juga belum ada kepastian. "Kami akui sudah menerima surat dari Men-PAN, namun jatah untuk kabupaten belum di ketahui secara pasti," ujar Wabup Malang Rendra Kresna, kemarin.

Turunnya surat Men-PAN tersebut langsung direspon Badan Kepegawaian Daerah (BKD) dengan melakukan hearing dengan komisi B DPRD kabupaten terkait proses penemerimaan CPNS.

Sementara itu, anggota komisi B DPRD Kabupaten Malang Imam Syafii mengatakan, ada banyak hal yang harus segera dipersiapkan pemkab terutama masalah data base jumlah tenaga kontrak di Kabupaten Malang. Sebab, berdasarkan tes CPNS tahun lalu dan ada pengumumam CPNS tenaga kontrak di Kabupaten Malang membengkak menjadi 2 ribu orang lebih. Padahal di kabupaten tenaga kontraknya diperkirakan hanya seribu orang. Bahkan saat itu, terkesan ada penerimaan tenaga kontrak secara dadakan. Hal ini dibuktikan dengan temuan komisi B ada seorang tenaga kontrak yang baru bekerja dua bulan. "Jadi kami menilai dengan adanya database ini akan ada keteraturan dalam proses penerimaan CPNS. Bukannya semrawut seperti tahun sebelumnya," ucap anggota PKS kabupaten ini.

Imam menambahkan, belum lagi ratusan pegawai kontrak yang telah lulus ujian CPNS beberapa waktu lalu, hingga kini belum mendapatkan SK pengangkatan. Padahal pengangkatan PNS dari kelompok umum sudah keluar. Bahkan sudah bekerja beberapa bulan ini. "Ini menunjukan pasti ada kesalahan dalam proses administrasi. Sebab hitungan matematis mestinya untuk pengangkatan lebih dulu tenaga kontrak lebih dulu disbanding kelompok umum, apabila ada data basenya. Sebab mereka ini sudah bekerja lebih dahulu dibanding CPNS dari kelompok umum," tegas Ketua Bapilu PKS Kabupaten Malang ini. (gus)

Dewan Ancam Panggil Kadiknas

Jawa Pos - Radar Malang, Senin 30 Oktober 2006

MALANG - Anggota Komisi B DPRD Kabupaten Malang mendesak diknas untuk segera membuatkan rekomendasi untuk pengajuan anggaran sekolah kabupaten yang mendapatkan bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat. Pasalnya anggaran yang diberikan pemerintah pusat sudah cair. "Kami tidak mengerti kenapa diknas sangat lambat merespon adanya pengajuan anggaran DAK ini. Padahal anggarannya sudah tersedia," ujar Ketua Komisi B DPRD Kabupaten, Choirul Anam, kemarin.

Menurut Anam, pihaknya mengkhawatirkan anggaran DAK ini tidak akan terserap secara maksimal, sehingga berdampak pada penerimaan bantuan di tahun depan. Buktinya, saat ini anggaran yang turun baru 30 persen dari 12, 6 miliar. Sedangkan mencairkan sisa anggaran pemkab harus menyediakan dana pendamping dan menyerap anggaran 30 persen hingga tuntas. Apabila anggaran ini tidak habis berdampak sisa anggaran yang 70 persen tidak bisa dicairkan. "Kami menganggap eksekutif diknas tidak komunikatif dengan dewan, sehingga dampaknya seperti ini, pengajuan anggaran saja lamban," terang anggota FPG kabupaten ini.

Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah pusat telah mencairkan anggaran DAK sebesar 30 persen dari total anggaran DAK sebesar 12,6 miliar atau setara dengan 3,7 miliar. Dana ini nantinya akan digunakan untuk rehab gedung sekolah sebanyak 63 SD yang tersebar di wilayah Kabupaten Malang. Sayangnya, hingga kini anggaran tersebut belum cair sepeserpun, karena diknas belum mengajukan pencairan anggaran ke bagian keuangan untuk sekolah yang mendapatkan bantuan DAK.

Anam mengatakan, kondisi ini sangat memprihatinkan, sebab ini merupakan faktor penghambat untuk mewujudkan peningkatan mutu sekolah di Kabupaten Malang. Sebab saat ini banyak SD yang sangat membutuhkan bantuan tersebut. Belum lagi iklim cuaca akhir-akhir ini menandakan memasuki musim hujan. Kondisi ini tentunya sangat mempengaruhi kualitas bangunan apabila pembangunannya dilakukan pada musim hujan. "Keterbatasan waktu ini hendaknya menjadi acuan diknas agar secepatnya mengajukan pencairan anggaran bagi sekolah yang memang telah siap menerima anggaran tersebut," ucap anggota panggar kabupaten ini.

Anam menegaskan, apabila dalam akhir bulan Oktober ini tidak ada tanggapan dari diknas, pihaknya secepatnya akan melakukan pemanggilan terhadap kadiknas. Hal ini dilakukan untuk meminta klarifikasi, apa penyebab lambatnya pengajuan pencairan anggaran dari diknas. "Prinsipnya apabila kritik kami ini tidak direspon, secepatnya akan kami adakan hearing dengan diknas," tegas ketua AMPG kabupaten ini. (gus)

Dinas Pasar Salahkan DPKP

Jawa Pos - Radar Malang, Senin 30 Oktober 2006

MALANG - Pejabat Dinas Pasar Pemkab Malang mengakui Pasar Sub Terminal Agrobisnis Mantung di Kecamatan Pujon, belum mengantongi dokumen UKL (upaya kelola lingkungan) dan UPL (upaya pemeliharaan lingkungan). Pasalnya pada saat pembangunannya beberapa tahun lalu, mengalami kekurangan anggaran sehingga pembangunannya belum sempurna. "Kami akui untuk pembangunan Pasar Mantung ini memang belum ada UKL dan UPL," ujar Kadis Pasar Kabupaten Malang Purwanto, kemarin.

Menurut Purwanto, memang idealnya rata-rata pembangunan pasar harus memiliki UKL dan UPL sebab ini memang syarat dalam pendirian pasar. Agar dalam pengelolaannya tidak merusak kondisi lingkungan alam yang ada di sekitarnya. Namun terus terang, dinas pasar masih kesulitan merealisasikan pembangunannya untuk tahun ini karena keterbatasan anggaran. "Namun, kami berjanji ditahun 2007 nanti akan diajukan anggarannya," tuturnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, anggota komisi D DPRD menyorot tidak adanya UPL di pasar Mantung. Hal ini dibuktikan hingga kini pembangunan pasar ini belum dilengkapi dokumen UKL dan UPL. Berdasarkan realitas itu, dikhawatirkan pembangunan pasar ini akan mengganggu ekosistem alam yang ada di sekitarnya seperti pencemaran air karena tidak jauh dari pasar terdapat aliran sungai yang bisa dipergunakan masyarakat sekitar. Tidak hanya itu, pembangunan Pasar Mantung ini juga belum memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sehingga menimbulkan kesan pasar ini kotor dan kumuh karena banyaknya sampah yang menumpuk di sekitar pasar.

Purwanto mengatakan, pihaknya juga meminta agar dewan nantinya mendukung pembangunan ini. Artinya ketika dinas pasar mengajukan anggarannya angota dewan juga harus mendukung.

Bagaimana dengan TPA? Purwanto, mengatakan itu, menangani TPA itu kewenangan dinas permukiman, pertamanan dan kebersihan (DPPK). Sebab DPPK yang berkompeten menangani masalah TPA. Sedangkan untuk dinas pasar biasanya mengelola sampah yang sifatnya sementara yang dibawa ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS). (gus)

Siapkan Pembangunan Jalan Tol

Jawa Pos - Radar Malang, Senin 30 Oktober 2006

MALANG - Keinginan Pemkab Malang membangun jalan tol Pandaan-Malang sepertinya bakal terwujud. Hal ini dibuktikan dengan terbitnya surat dari Departemen Pekerjaan Umum (DPU) Jakarta untuk mensosialisasikan rencana pembangunan jalan tol Pandaan-Malang. "Dengan turunnya SK ini, kami secepatnya akan merealisasikan pembangunan ini, mengingat jalan tol ini sangat penting untuk membuka jalaur perekonomian baru dan mengurai kemacetan khususnya daerah Lawang dan Singosari," ujar Asisten I Sekkab Malang Sri Harianto, kemarin.

Menurut Sri, turunnya SK DPU ini, pemkab langsung menindaklajuti dengan melakukan pematokan area tanah yang akan dijadikan jalan tol. Hal ini dilakukan untuk membuat trase jalan tol dan sekaligus sebagai upaya untuk menghadang spekulan tanah agar pada saat pembebasan lahannya tidak terjadi pengeluaran biaya pembebasan lahan terlalu besar. "Bisa saja bagi masyarakat yang punya uang banyak akan membeli area tanah yang kita patok dengan harapan apabila realisasi proyek ini jalan mereka akan menjual beberapa kali lipat dengan harga beli yang sekarang," terangnya.

Sri mengatakan, berdasarkan masterplan yang ada, saat ini pemkab telah mematok lahan untuk pembuatan jalan tol dengan ukuran lebar 60 meter. Dengan asumsi lebar jalan 40 meter untuk dua jalur, bahu jalan 10 kanan-kiri 5 meter. "Kami diakui, saat ini tanah yang dipatok memang belum dibeli. Hal ini memang semata-mata untuk menghindari spekulan tanah agar tidak bermain disana," tuturnya.

Sri menambahkan, untuk mewujudkan itu, pihaknya telah menghimbau camat dan kepala desa untuk tidak meloloskan surat-menyurat pembelian tanh yang tidak wajar. Artinya pembelian tanah ini dikuasai oleh satu orang dalam kapasitas besar dan memakan area tanah yang telah di patok untuk dijadikan area jalan tol.

Sri menegaskan, sejauh ini memang belum ada rencana untuk melakukan pembelian lahan yang akan digunakan untuk pembuatan jalan tol. Padahal banyak juga masyarakat yang tanahnya dilalui jalan tol nanti selalu menanyakan kapan akan dibeli. Sebab tupoksi pemkab hanya memfasilitasi mencarikan lahan dan menyosialisasikan kepada masyarakat. Artinya semua pembebasan lahan nanti dananya dari pemerintha pusat dan investor. "Sayangnya keseriusan kami ini tidak diimbangi dengan kemauan investor dari Jakarta, agar segera menindaklajuti rencana ini," tegasnya.

Daerah mana saja? Sri menjelaskan, proyek ini memang sudah di cetuskan sejak tahun 1996 dan akan melewati 9 desa di 3 kecamatan yakni Kecamatan Lawang, Singosari dan Pakis. Detailnya Desa Sumberporong, Mulyorejo, Lawang, Sidodadi, Bedali Kecamatan Lawang. Desa Baturetno, Dengkol di kecamatan Singosari. Sedanngkan di Kercamatan Pakis desa Saptorenggo dan Tirtomoyo.

Sementara itu, wakil Ketua DPRD Kabupaten Malang Purnomo Anwar mengatakan, pihaknya sangat mendukung upaya pemkab untuk segera merealisasikan pembangunan jalan tol. Sebab dengan di bangunnya jalan tol ini akan mempermudahkan arus lalu lintas khususnya didaerah Singosari dan Lawang yang selama ini dikenal tingkat kemacetan yang tinggi. "Namun yang paling penting adalah dengan pembangunan jalan tol ini semakin membuka peluang untuk menciptakan jalur perekonomian baru khususnya di Kawasan Malang timur," tegas anggota FPG kabupaten ini. (gus)

MENABUR KASIH, MENUAI DAMAI

Jawa Pos - Radar Malang, Senin 30 Oktober 2006

Oleh: Imam Kabul
Jelang tutup tahun 2006 ini, warna merah darah ternyata masih membasahi bumi pertiwi. Di beberapa daerah masih ada saja peristiwa memilukan yang bertemakan "bellum omnium contra omnes" (kelompok satu melawan atau berperang dengan kelompok lain) atau penghilangan nyawa orang lain, yang bukan hanya mengakibatkan rasa pilu dan duka mendalam, tetapi potensial menyulut kerusuhan sosial.

Di antara kita masih juga belum sukses mewujudkan makna persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah insaniyah), karena kita masih gampang memperlakukan orang lain sebagai sasaran untuk dikorbankan. Kita belum sukses menghadirkan iklim damai bagi sesama, dan sebaliknya kita masih sering terlibat dalam anarki atau tindakan kekerasan yang mengakibatkan orang lain menjadi korban dan tumbal.

Kenapa di sejumlah ayat maupun hadits disebutkan bahwa orang muslim yang satu dengan lainnya itu bersaudara? Salah satu alasannya, karena di dalam diri manusia (muslim) ini juga punya kecondongan untuk berselisih jalan dan paham dengan sesamanya, tapi di sini lain juga ada potensi untuk menyatukan kepentingannya dalam hubungan persaudaraan, sehingga ketika terjadi pertikaian atau friksi, maka mereka berkeinginan pula untuk melakukan ishlah atau rekonsiliasi.

Sayangnya, persoalan rekonsiliasi di antara orang dan kelompok yang berbeda ini bukan pekerjaaan yang gampang, mengingat ada juga orang-orang atau kelompok orang yang punya kepentingan besar, ada interes tertentu, yang kemudian menghambat atau mengganjal terjadinya dan terwujudnya rekonsliasi.

Hasrat untuk hidup damai dikalahkan oleh praktik-praktik pemaksaan kehendak, kebencian yang disalurkan, dendam yang diwujudkan, dan fitnah-fitnah yang dikobarkan. Akibatnya, tidak sedikit anggota masyarakat yang terus menerus terlibat friksi, pertikaian, dan bentrok fisik yang mengakibatkan darah tumpah. Kemarahan dibiarkan menjadi bahasa perbuatan yang menelan korban di mana-mana. Ikatan persaudaraan direlakan terputus dan lepas akibat interes individu dan golongan yang dikedepankan.

Untuk membaca realitas itu marilah kita perhatikan firman Allah yang terdapat dalam surat Al Hujuraat ayat 10: Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka ciptakanlah kerukunan dan jalinlah rasa persaudaraan diantara kalian dan bertaqwalah kepada Allah, niscaya kalian akan mendapat limpahan rahmatNya.

Dari ayat tersebut kita mendapatkan pelajaran bahwa rahmat Allah itu akan diberikan kepada orang-orang yang bertaqwa kepadaNya, dan orang yang suka menjalin tali persaudaraan, saling mengasihi, serta suka menciptakan kerukunan diantara sesama manusia. Sebaliknya orang yang suka menebarkan kebencian dan permusuhan akan terputus dari rahmat Allah.

Makna terputus dari rahmat Allah berarti jauh dari kedamaian. Jauh dari kedamaian berarti hidup dalam kebencian, permusuhan, atau setidak-tidaknya gagal menikmati atmosfir keharmonisan. Sebaliknya siapa yang sibuk menabur kasih, berarti akan menuai banyak kerahmatan dalam hidupnya.

Logis jika ajaran agama menuntut kita supaya kita berusaha maksimal mengerahkan kemampuan untuk menjadi hamba-hamba Allah yang memiliki rasa kasih sayang kepada sesama, selalu mengupayakan kedamaian di tengah-tengah masyarakat, serta mengedepankan rasa persaudaraan dalam berbagai aktivitas kehidupan. Bukan sekadar perdamaian yang direkayasa, atau sikap persaudaraan yang pura-pura, namun rasa bersaudara yang benar-benar keluar dari ketulusan atau kebeningan hati nurani kita, karena hal itulah yang dapat mendatangkan limpahan rahmat Allah SWT.

Rasa kebencian, rasa dendam dan permusuhan serta segala tindakan yang berakibat kerusakan di muka bumi, tidak akan mendatangkan kedamaian. Suasana damai hanya bisa dibangun oleh manusia yang hatinya bersih dan suka menabur kasih di antara sesama manusia.

Berkaitan dengan rasa kasih sayang itu, menarik kita cermati sabda Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dan Hakim mengingatkan kita "kasihilah siapa dan apa saja yang ada di bumi, niscaya (Allah dan MalaikatNya) yang ada di langit akan mengasihi kalian."

Hadits tersebut memberi pelajaran kepada kita, bahwa kita diperintahkan menghidupkan dan memarakkan jiwa kasih, karena dari jiwa kasih ini, bangunan kehidupan kemasyarakatan akan diwarnai oleh keberkahan (kesejahteraan dan kedamaian).

Sekarang, idealnya setiap pelaku sosial, politik, agama, dan segenap segmen bangsa yang berseberangan jalan dan kepentingan untuk menyatukan dan mensucikan bangunan kehidupan kemasyarakatan dan kebangsaan ini, sehingga mereka bisa menyatukan langkah guna memakmurkan dan mendamaikan republik ini.

Suasana damai akan tetap menjadi barang mahal dan langka di negeri ini, jika setiap anggota masyarakat belum juga menyadari, kalau berbagai bentuk perilakunya yang suka menyakiti dan meneteskan darah sesama adalah penghancur dan penguburnya. Suasana damai membutukan manusia-manusia yang kuat mengendalikan emosi dan giat beramal kebajikan. (*)

Perda Penagihan Paksa Tunggu Perwakot

Jawa Pos - Radar Malang, Minggu 29 Oktober 2006

MALANG - Kendati perda tentang penagihan paksa sudah ditetapkan dan disahkan sejak setahun lalu, namun sampai saat ini perda tersebut masih belum berlaku efektif. Itu karena pelaksanaan perda tersebut masih membutuhkan proses cukup panjang.

Beberapa proses yang harus ditempuh untuk melaksanakan perda tersebut di antaranya adalah menyangkut mekanisme dan prosedur penyitaan. Selain itu, belum bisa berlaku efektifnya perda tersebut juga dikarenakan masih belum ada petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis perda tersebut. "Untuk memberlakukannya masih perlu perauran pelaksana, dalam hal ini diperlukan adanya peraturan wali kota (perwakot) tentang juru sita," kata Edi Sukarto, kepala Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Malang.

Perwakot tersebut bertujuan untuk mengukuhkan keberadaan juru sita. Sampai saat ini, pemkot baru mempunyai satu orang juru sita yang sudah bersertifikat, namun belum dikukuhkan sebagai juru sita. "Sebenarnya mempunyai dua juru sita. Namun yang satu sudah pindah ke Jawa Barat," tambahnya.

Tugas pokok juru sita adalah menagih tunggakan pajak daerah yang masih tersangkut di objek pajak. Jika objek pajak beum juga mau membayar tunggakan pajaknya, maka juru sita tersebut harus melakukan prosedur penyitaan sesuai dengan mekanisme.

Untuk Pemkot Malang ada enam pajak daerah yang menjadi wewenangnya, yakni pajak hiburan, hotel, restoran, parkir, reklame, dan pajak penerangan jalan umum (PPJU).

Dari enam pajak tersebut, sampai saat ini ada sekitar Rp 1 miliar yang masih belum terbayar atau tertunggak. "Hampir semua pajak daerah ada yang tertunggak. Namun, dengan berbagai pendekatan biasanya pada akhir tahun pajak-pajak yang tertunggak tersebut sudah terbayar," sambung Edi.

Namun, ia tidak membantah ada beberapa obyek pajak yang nakal alias tidak mau membayar tunggakannya. "Bila juru sita sudah dikukuhkan, maka penagihan terhadap penunggak-penunggak pajak tersebut akan semakin mudah," pungkas Edi. (fir)

Kemenangan yang Sejati

Jawa Pos - Radar Malang, Minggu 27 Oktober 2006

Kemenangan yang Sejati
Oleh M. Mas’ud Said

Hari hari ini, minggu ini, setelah Hari Raya usai, menurut keyakinan Islam dan ajaran kitab-kitab agama, kita ini sedang dalam masa kemenangan. Kita baru saja menyelesaikan training batiniah yang besar. Oleh-oleh kemenangan itu, tentu diupayakan dan dilakoni melalui perjuangan, dibarengi oleh keyakinan, dan perhitungan yang kuat atau istilah agamanya imaanan wah tisaaban.

Kemenangan ini, bukan kemenangan biasa. Bukan kemenangan dalam pengertian konvensional. Mungkin orang acapkali kita mengartikan kemenangan itu sebagaimana biasanya: seperti menang sepakbola. Menang judi atau gambaran mengalahkan orang lain. Kita sering mengira kalau ada orang lain kalah, kita sebut diri kita sedang menang.

Dalam ajaran Islam. Kemenangan yang sejati, yang hakiki, kemenangan yang beneran justru kalau kita memenangkan orang lain, tak perduli kita laba atau rugi. Kemengan yang sejati justru kalau kita mampu mengalahkan diri sendiri. Misalnya, mengurangi baju baru kta lalu diberikan kepada orang lain.

Dalam pengertian hakiki, kemenangan itu diartikan memberi, bukan menerima. Ajaran zakat misalnya, intinya seperti itu. Memberi, memberi, dan memberi.

Adalah sesat kalau kita bangga bila orang lain sengsara. Dalam keadaan orang lain kalah, sedih, malu, tak berpendapatan, bangkrut dan sengsara, kita mestinya merasakan hal yang hampir sama. Itu baru kita termasuk orang orang yang menang.

Pada saat banyak rakyat berjuang hidup dalam kesengsaraan, banyak pengemis tak tertolong, tuna wisma belum mendapatkan tempat berteduh. Jangan bicara kemenangan. Menurut ajaran Islam yang hakiki, adalah aneh kalau orang-orang kaya berpesta, dalam keadaan orang papa menderita.

Itulah arti Ramadan kemarin. Ramadhan disebut syahrul Juud, bulan di mana, kita diminta menebarkan kebaikan, keihsanan kepada semua orang, kepada lingkungan. Ini bukti bahwa untuk mencapai kemenangan kita kita memperhatikan orang lain.Ramadan adalah syahrus Shabri, bulan kesabaran. Untuk para pribadi, puasa adalah alat pengendalian diri yang hebat.

Jadi, kalau minggu-minggu ini pula, ada rasa niatan kita untuk mengalahkan orang lain dan meninggikan diri sendiri, maka belum pantas kita mendapat kemenangan sejati. Kemenangan yang demikian itu mungkin kemenangan yang disodorkan syetan kepada kita.

Dalam kitab Laa Tahzan, Innallaha Ma’anaa karangan ’Aid Al Qarnie disebutkan, bahwa kita tidak perlu membenci orang lain dengan asumsi kita akan bisa mengurangi kehormatan orang-orang yang kita benci itu. Kita akan mengalahkan orang lain itu kalau kita mencelanya.

Ternyata menurut Al Qanie, pengarang kitab terlaris di timur tengah itu menyangkal dengan menyodorkan ayat bahwa manusia tak akan mampu menambah dan mengurangi sedikitpun kenikmatan dan kehormatan orang lain dengan menghinannya, mencelanya atau membencinya.

Al Qarnie, yang hafal Al Qur’an itu menyarankan dirinya sendiri dan jutaan pembaca bukunya untuk santai saja terhadap kenikmatan yang diperoleh orang lain. Karena itu semua diperoleh karena kemurahan Allah swt. Dasar Al Qarnie ialah bahwa semua kenikmatan itu datangnya dari Allah.

Al Qarnie bukunya laris bukan kepalang karena kontroversinya untuk mengajak orang-orang berpikir positif. Bahkan dia mengajak tersenyum orang-orang yang dilanda kesedihan dan kekurangan. Dia sangat yakin dengan pengalaman dan kekayaannya mempelajari Al Qur’an bahwa Allah akan dekat kalau ,manusia dekat dengan Al Khalik.

Maka sesuatu ketika dia mendapati dirinya dan teman-temannya bersedih. Maka hal yang ia sarankan justru membaca kembali kitabnya Laa Tahzan (Jangan Bersedih), Innallaha Ma’anaa ( sesungguhnya Allah bersama Kita ).

Bayangkan saja, kalau orang orang di Irak, di Afghanistan, orang orang teraniaya di Palestina tak percaya Al Qarnie, tak percaya Allah dan Rasulnya tak percaya Qada’ dan Qodar. Pasti mereka akan sangat sangat bersedih. Mereka tentu putus asa.

Seumpama kita dikirimkan ke sana tanpa bekal keyakinan dan mendapati makanan di Jalur Gazza kosong selama seminggu, mungkin sudah ’no hope’ atau tidak ada harapan, mungkin frustasi. Tapi tidak bagi orang orang yang yakin akan kemurahan Allah.

Kalau di akhir puasa ini, kita yakin akan Rahman - Rahim Allah yang tak terbatas maka tentu kita boleh disebut seseorang yang telah dan akan mencapai kemenangan.

Dan begitu pula sebaliknya. (*)

Dewan Bahas Lima Perda Lagi

Jawa Pos - Radar Malang, Minggu 29 Oktober 2006

MALANG - Setelah sukses mengesahkan 17 perda pada awal bulan ini, DPRD Kota Malang rencananya kembali akan membahas 5 raperda lagi. Sebab, kelima raperda tersebut keberadaannya sangat mendesak untuk dibuat.

Kelima raperda yang akan dibahas dewan tersebut adalah tiga raperda inisiatif dewan dan dua raperda titipan eksekutif. Ketiga raperda inisiatif dewan tersebut adalah raperda tentang pelayanan publik, raperda tentang informasi publik, dan raperda tentang partisipasi publik. Sedangkan dua raperda inisiatif eksekutf adalah raperda tentang pengelolaan keuangan daerah dan raperda tentang dana cadangan untuk pemilihan kepala daerah (pilkada).

Wakil Ketua DPRD Kota Malang Arief Wahyudi menjelaskan, dari 5 raperda yang akan dibahas tersebut, dewan mempunyai skala prioritas. Karenanya, tiga raperda yang dianggap paling urgen akan dibahas secara intnsif. "Sebab ketiga raperda tersebut dibutuhkan masyarakat dan juga harus dipenuhi sebagai tuntutan dari peraturan perundangan-undangan," jelas Arief.

Politikus dari PKB ini menambahkan, ketiga raperda yang mendapatkan prioritas tersebut adalah raperda tentang pelayanan publik, raperda tentang pengelolaan keuangan daerah, dan raperda tentang dana cadangan pilkada.

Ia menjelaskan, untuk raperda tentang pengelolaan keuangan daerah misalnya dibutuhkan karena nantinya akan dijadikan sebagai dasar untuk menyusun dan membahas APBD 2007. Jika raperda tersebut tidak dibahas, maka APBD 2007 tidak bisa disusun.

Pembuatan raperda keuangan daerah itu disesuaikan dengan Peraturan Mendagri (Permendagri) 13/2006 tentang pengelolaan keuangan daerah dan PP 58/2006 pengganti PP 105/2002 tentang pengelolaan keuangan negara. "Raperda tersebut merupakan syarat wajib. Jika perda tersebut tidak dibahas terlebih dahulu, maka penyusunan APBD dianggap tidak sah," papar Arief.

Demikian pula dengan raperda tentang dana cadangan pilkada. Jika raperda tersebut tidak segera dibahas, maka anggaran untuk pilkada pada APBD 2007 tidak bisa dianggarkan. Pasalnya, setiap dana cadangan harus diperdakan dahulu.

Sedangkan untuk raperda pelayanan publik dianggap penting karena untuk menjamin hak masyarakat dalam mendapatkan pelayanan yang baik dan berkualitas dari pemerintah. "November, usulan pembahasan raperda tersebut akan segera menjadi agenda panitia musyawarah (panmus), untuk selanjutnya akan diproses sesuai dengan mekanisme yang ada," terangnya.

Hal serupa juga disampaikan Ketua FKS Ahmad Azhar Moeslim. Menurutnya, raperda-raperda tersebut harus segera diagendakan dalam panmus. "Karenanya, dalam waktu dekat pembahasan raperda tersebut harus dibahas. Sebab, setelah ini, dewan akan disibukkan dalam agenda penyusunan dan pembahasan APBD 2007," kata Azhar. (fir)

Triwulan Ketiga Dinas

Jawa Pos - Radar Malang, Jumat 27 Oktober 2006

Pasar Lampaui Target
MALANG - Dinas Pasar Kota Malang hingga September telah mencatat perolehan retribusi 75 persen dari target sebesar Rp 2,350 miliar. Dalam sisa waktu tiga bulan berikutnya, dinas pasar optimis bisa memenuhi 25 persen sisa pendapatan atau sekitar Rp 590 juta yang telah ditetapkan dalam APBD.

"Tinggal 25 persen lagi dibagi tiga bulan. Kami yakin bisa terpenuhi hingga akhir tahun. Tidak ada masalah berarti dalam perolehan retribusi tahun ini," tandas Kadis Pasar Mardioko di balai kota.

Sesuai hitungan tahunan, target untuk September, dinas pasar wajib mengumpulkan retribusi minimal Rp 1,750 miliar. Untungnya dalam penarikan retribusi hingga September, petugas lapangan bisa mengumpulkan Rp 1,756 miliar atau surplus Rp 6 juta dari target. Kendati surplusnya tidak begitu banyak, namun sangat berguna untuk mengganti hari-hari libur yang memungkinkan banyak pedagang libur.

Diterangkan J. Hartono, kabid retribusi, di bulan-bulan terakhir ini, banyak hari libur. Pertama adalah hari raya, kemudian natal dan tahun baru. Namun yang paling sepi pedagang adalah hari Lebaran. Untuk itu, dinas pasar harus memaksimalkan penarikan retribusi saat sebelum Lebaran. Sebelum Lebaran, jumlah pengunjung pasar membludak dan memancing munculnya pedagang baru.

"Sehari saja libur, kami kehilangan retribusi sekitar Rp 5 juta. Saat lebaran, biasanya pasar libur sehari," tandas Hartono.

Mardiko melanjutkan, yang lebih penting bagi pasar saat ini adalah mencari poptensi baru penarikan retribusi. Selain itu, pasar juga mulai melakukan ekstensifikasi guna mendapatkan tambahan pendapatan. Salah satunya yang dilakukan adalah membuat program bursa otomotif dan accessories se-Malang Raya di lantai III Pasar Besar Malang (PBM).

Selama ini, lahan parkir di lantai III tersebut terbuang sia-sia karena tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal. Karena itu sebagai salah satu cara memaksimalkan lahan parkir itu adalah dengan menggelar program penjualan mobil bekas. "Nantinya, lantai III PBM akan jadi pusat transaksi penjualan mobil bekas se-Malang Raya," kata Mardioko.

Setelah bursa mobkas (mobil bekas) pihaknya ingin mengembangkan potensi lain yang diharapkan bisa menambah pemasukan. Salah satunya melalui pembentukan sentra-sentra PKL. (yos)

Diknas hanya Pantau Pembelajaran

Jawa Pos - Radar Malang, Jumat 27 Oktober 2006

Soal Tingginya Biaya Sekolah
MALANG - Mahalnya biaya pendidikan tampaknya telah menjadi fenomena di masyarakat. Menariknya di sini, dari data yang berhasil dihimpun, bukan hanya biaya masuk perguruan tinggi saja yang membutuhkan biaya selangit. Hal itu juga terjadi di tingkatan lembaga pendidikan pra sekolah formal atau lebih dikenal dengan sebutan play group dan taman kanak-kanak.

Bahkan, jika mau menelusuri lembaga-lembaga tersebut, kita akan disodorkan dengan beragam pilihan seputar biaya pendidikan untuk anak-anak usia dini (PAUD). Mulai dari angka ratusan ribu sampai jutaan rupiah. Untuk di daerah pinggiran, mungkin biaya tak jadi soal. Sebut saja di kawasan Kecamatan Sukun. Untuk masuk play group atau taman kanak-kanak, para orang tua hanya merogoh kocek minimal Rp 70 ribu tiap bulannya sebagai ganti operasional atau SPP sang anak selama mengikuti pendidikan dan uang gedung minimal Rp 600 ribu. Bahkan, dengan SPP itu sang anak masih mendapatkan makan gratis dua kali.

Bagi masyarakat yang kondisinya berada di tingkatan ekonomi menengah, persoalan dana itu tak jadi soal. Tapi, bagaimana dengan masyarakat ekonomi bawah? Boro-boro untuk menyekolahkan anak di lembaga pendidikan berkualitas, untuk mencukupi kehidupan sehari-hari saja sudah sangat pas-pasan. Namun, sekali lagi itulah fakta yang tersaji. Dan, kondisi itu akan lebih parah jika kita mau merangsek ke tengah-tengah kota. Bayangkan saja, untuk masuk play group dan TK yang cukup punya nama dan telah berjajar dalam sederetan sekolah favorit, uang ratusan ribu sebagai tiket untuk menyekolahkan anak sama sekali tidak ada artinya. Sebab, minimal butuh dana Rp 1,5 juta sampai Rp 3,5 juta untuk memenuhi uang gedung. Angka itu belum termasuk SPP yang rata-rata berkisar antara Rp 115 ribu sampai Rp 200 ribu. Sungguh, sebuah fenomena yang sangat mencengangkan.

Tapi, apalah yang bisa diperbuat untuk mengoreksi kembali persoalan mahal dan tingginya persaingan ditingkatan PAUD tersebut. Pasalnya, hampir semua lembaga pendidikan anak dikelola secara swasta. Bahkan, dari total 257 lembaga pra sekolah yang ada di kota ini, hanya ada satu saja yang berstatus negeri, yaitu TK Pembina. Sedangkan 256 sisanya murni dikelola oleh swasta dengan sistem otonomi penuh. Bukan hanya soal manajemen saja, tapi juga mekanisme penarikan SPP dan uang gedung. "Untuk lembaga TK yang mayoritas dikelola swasta, Diknas memang tidak bisa berbuat banyak. Kami hanya bertugas memantau pembelajaran yang dilangsungkan," ungkap Kabid Dikdas Siti Masruroh.

Meski begitu, pihaknya tetap mengimbau meski biaya masuk pendidikan pra sekolah cukup tinggi, setiap lembaga harus tetap mewadahi anak-anak dari keluarga tidak mampu. Termasuk, memberikan celah berupa prosentase bagi anak-anak kurang agar tetap bisa menikmati fasilitas belajar seperti anak-anak lainnya. (nen)

Merekam Jejak Sukses Tokoh-Tokoh Malang Raya

Jawa Pos - Radar Malang, Jumat 27 Oktober 2006

Pegang Filosofi Totalitas dalam Hidup
Berkat tangan dingin Manajer Arema Ir Satrija Budi Wibawa selama tiga musim terakhir membuahkan pretasi manis di kancah sepakbola nasional. Apa cita-cita dan obsesinya dalam membawa Arema ke depan?

ABDUL MUNTHOLIB, Malang
---

TOTALITAS. Itulah kunci hidup yang selalu dijadikan pedoman oleh Manajer Arema Satrija Budi Wibawa. Pria yang selama hampir empat tahun berada di balik sukses Arema ini tidak ingin setengah-setengah dalam setiap kariernya. Termasuk ketika ditunjuk menjadi pemegang kebijakan di Singo Edan sejak 29 Januari 2003. Sejak terjadinya akuisisi PS Arema dari pemilik lama ke PT Bentoel Prima Tbk itu, Satrija seolah masuk dalam dunia yang serbabaru.

Berangkat dari dunia wartawan ekonomi, beralih menuju dunia usaha sebagai coorporate communication PT Bentoel Prima, langsung ditunjuk mengendalikan organisasi sepak bola. Padahal jelas-jelas manajemen sepak bola dengan manajemen perusahaan bagai air dan minyak. Sulit untuk menemukan titik temu. Apalagi semua karier yang ditekuni pria kelahiran Blitar, 24 Maret 1966 ini, juga jauh dari back ground pendidikan yang dienyam: Fakultas Perikanan Unibraw.

"Makanya saya selalu menganggap, sejak mengendalikan Arema di Liga IX itulah sekolah pertama saya di dunia sepak bola," aku Satrija ditemui di rumahnya.

Berangkat dari filosofi totalitas hidup, Satrija memberanikan diri terjun ke dunia yang tidak pernah disangka sebelumnya. Tentunya tidak mudah di awal kerjanya di Arema. Ada banyak keraguan yang datang dari semua pihak baik internal maupun eksternal tim. Cibiran, kritikan, cemoohan pun selalu menjadi penghias hidpunya saat itu.

Ia sadar, merupakan sebuah konsekuensi jika memegang tim sebesar Arema akan memiliki tekanan yang sangat besar pula. Tapi semua itu mampu ia hadapi secara perlahan-lahan. Karena antisipasi terhadap tekanan paling berat pun sudah disiapkan jauh-jauh hari. Yakni, dengan menaklukkan lebih dulu tekanan dari diri sendiri yang berupa perasaan takut, merasa tidak mampu, merasa kurang percaya diri.

Dari keberhasilan menaklukkan tekanan diri sendiri ini, secara otomatis melahirkan adrenalin yang mampu merangsang untuk berkreasi dan berjuang dengan penuh semangat. "Kalau diri sendiri sudah nyaman dengan tekanan internal, baru kita tularkan pada keluarga dulu. Sehingga keluarga bisa siap menerima apa yang kita kerjakan dengan segala konsekuensinya," jelas ayah dari tiga putra ini.

Bermodal semua itu, Satrija berani menerima penunjukan sebagai pengendali utama tim Arema saat itu. Bayangkan saja, kondisi tim di Liga IX serbakacau. Mental pemain kacau, prestasi kacau. Segala daya upaya dilakukan untuk lepas dari jeratan degradasi gagal menuai hasil. "Karena saat itu kami masih manajemen baru, semua kami tabrak saja. Tapi perjuangan berdarah-darah kami tetap saja gagal, Arema harus deegradasi ke divisi I. Tapi dari situ ada banyak pelajaran yang luar biasa yang kami petik," kenang Satrija.

"Kami akhirnya tahu bagaimana menghadapi pemain. Melakukan beribu cara untuk mengantisispasi ketidakpastian di dunia sepakbola," imbuh pria yang akrab dipanggil SBW ini.

Pada prinsipnya, SBW selalu berkeyakinan, jika setiap pekerjaan, apapun pekerjaan itu harus dijalani secara total dan sepenuh hati. Karena dengan totalitas itu, beragam tantangan dan ancaman akan pasti bisa dihadapi secara maksimal. "Pendek kata, totalitas adalah sebuah keharusan dalam hidup ketika menentukan sebuah prioritas," kata dia. (*)

Pengakuan Internasional untuk Djanggan

Jawa Pos - Radar Malang, Kamis 26 Oktober 2006

MALANG- Prestasi membanggakan berhasil diraih Prof Dr dr Djanggan Sargowo SpPD SpJP (K). Belum lama ini direktur pascasarjana Unibraw tersebut mendapat pengakuan internasional terkait kemampuannya di bidang keilmuan dan keahlian kardiovaskuler atau penyakit jantung. Pengakuan internasional tersebut diberikan oleh dua kelompok yang sangat mapan dalam hal kualifikasi akademik dan profesional di bidang tersebut, yakni kelompok American College of Cardiology (ACC) dan European Society of Cardiology (ESC).

Djanggan yang kini berusia 59 tahun memperoleh pengakuan tersebut sebelumnya mengajukan diri menjadi fellow ACC awal 2006 lalu. Setelah dilakukan penilaian oleh Board of Trustee dari Committee Credentialing and Membership, Prof Djanggan Sargowo diterima menjadi Fellow American College of Cardiology sejak 1 September 2006 dan menjadi pemegang fellow ke-11dari seluruh dokter jantung di Indonesia. "Dengan gelar tersebut, Prof Djanggan mendapatkan tugas untuk pengembangan ilmiah baik skala nasional maupun internasional. Dia juga harus aktif melakukan penulisan terhadap karya-karyanya baik dalam bentuk buku maupun jurnal ACC," ungkap Kahumas Unibraw Farid Admadiwirja. Sebelum benar-benar diakui, lanjut Farid, serangkaian proses dan persyaratan yang ditetapkan oleh oreganisasi itu harus dipenuhi oleh Djanggan. Di antaranya, menghasilkan karya ilmiah yang telah dipresentasikan dan dipublikasikan pada jurnal ilmiah, aktif pada organisasi baik nasional
maupun internasional dan pernah menjadi pengurus pada organisasi kardiovaskuler baik nasional maupun internasional. Selain itu, orang-orang yang diakui dalam organisasi tersebut harus aktif mengikuti kegiatan seminar, simposium, serta konggres yang dilaksanakan oleh organisasi kardiovaskuler internasional. Termasuk, tercatat sebagai International Society of Cardiology dan organisasi regional Asia Pasific Society of Cardiology minimal 5 tahun dan mendapatkan rekomendasi dari dua orang fellow senior di negaranya dan satu senior fellow dari negara lain. "Kalau dilihat, persyaratan tersebut memang sangat berat. Tapi, bagi Prof Djanggan yang selama bergelut dengan bidang cardiovaskuler semua itu bisa diatasi," bebernya.

Dalam pengajuan aplikasi, Djanggan mengirimkan sembilan karya ilmiah untuk dinilai. Di antaranya, A Comparative Study Between Two-Month Soy Milk Supplementation and Tibolone Towards Lipid Fractions and Mad In Atherosclerotic Post-Menopause Women, Antihypertensive and Vascular Protective: What Is New? Pleiotropic Effecs Of Antihypertensive Drugs In Protecting Vascular Remodelling: Focus On Ace Inhibitors, F2 Isoprostanes: Indices Of Oxidative Stress In Atherosclerosis, Green Tea Pollyphenols Inhibit Oxidized Ldl-Induced NF-Kb Activation In Huvecs, dan Level Of Lipoprotein A (Lpa) Of Acute Myocardial Infarction In Saiful Anwar General Hospital, Medical School Brawijaya University Malang. Djanggan adalah dokter lulusan Universitas Gadjah Mada pada 1974 lalu, doktor ilmu kedokteran dari Universitas Airlangga (1996), profesi bidang kardiologi dari Universitas Indonesia (1983), dan spesialis penyakit dalam dari Universitas Airlangga (1989). (nen)

Apel Turun, PPL Tak Turun Lapangan

Jawa Pos - Radar Malang, Kamis 26 Oktober 2006

BATU- Pedagang apel di pasar buah Batu saat ini banyak menganggur. Pasalnya, pasokan buah apel dari petani berkurang sangat drastis. Meski lahan petani apel tidak berkurang, tetapi hasil dari petani itu kurang di pasaran.

Menurut H Nasrib, petani sekaligus pedagang apel, kelangkaan apel di pasaran penyebabnya adalah mahalnya pupuk, obat-obatan dan musim kemarau yang terlalu panjang. Ditambah, hujan abu dari gunung Semeru beberapa waktu lalu. "Permasalahan yang demikian itu menjadikan petani enggan melanjutkan bertani apel. Para petani apel lebih memilih ke budidaya bunga dan jeruk. Dan yang penting lagi perhatian dari pemerintah masih kurang,"ujar Nasrib.

Selain itu, perbandingan harga jual apel dengan biaya produksi tidak sebanding. "Harga pasaran apel saat ini Rp 4.500-Rp 5.500, tetapi harga itu masih terlalu rendah menurut petani. Sebab, kalau dibandingkan dengan biaya produksi masih sangat rendah," katanya.

Ditambahkan, daya beli masyarakat terhadap buah apel juga rendah. Karena dampak kenaikan BBM beberapa waktu lalu masih belum pulih benar. Seharusnya, permasalahan petani ini menjadi agenda pokok Pemkot Batu.

Dikatakan juga, Batu bisa dikenal di mana-mana salah satu andalannya buah apel. Begitu juga dengan keberadaan penyuluh pertanian lapang (PPL) yang kurang turun ke petani langsung. "Kalau dahulu sebelum reformasi, peran PPL memang bagus. Bahkan petani lebih sering berharap dengan PPL. Sekarang ini PPL tidak pernah mengurusi petani. Saya juga tidak tahu PPL itu ada apa tidak," terangnya.

Untuk mengatasi masalah apel tersebut, Pemkot Batu saat ini tengah mengusahakan bibit apel yang bagus sekaligus menyiapkan kader petani apel yang handal. Pemkot telah mendatangkan bibit apel dari negeri Belanda yang saat ini sedang dicobakan di Balai penelitian Tlekung. Selain itu, juga menyiapkan kader petani dengan cara mendirikan sekolah khusus pertanian hortikultura.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Batu Ir Syafiuddin menegaskan akan membantu pemberian informasi ke pedagang dan masyarakat pada umumnya. "Kami akan memberikan informasi secara harian mengenai perkembangan harga-harga pasaran. Dengan cara menempatkan monitor besar di tempat-tempat umum. Insya Allah pada 2006 ini sudah terealisasi," kata Syafiuddin. (lid)

Pemkot Bidik Tiga Lokasi PKL

Jawa Pos - Radar Malang, Kamis 26 Oktober 2006

MALANG - Dinas Pasar mengeluhkan keberadaan pedagang kaki lima (PKL) yang berada di tiga kawasan. Diharapkan, pada 2007 nanti, PKL di tiga kawasan tersebut bisa direlokasi ke tempat yang lebih representatif. Sehingga tidak menimbulkan kesan kumuh dan kemacetan aus lalu lintas.

Kasi Penataan PKL Dinas Pasar Kota Malang Mudachir mengatakan, PKL-PKL yang dikeluhkan tersebut di antaranya adalah PKL Jl Trunojoyo, PKL Comboran, dan PKL Kebalen. Untuk menata PKL tersebut, pemkot telah merebncanakan beberapa tempat yang akan dijadikan relokasi. Untuk PKL Kebalen rencananya akan direlokasi ke Kedungkandang.

Sedangkan PKL Comboran akan dialihkan ke Pasar Comboran Timur. "Untuk mengalihkan PKL Comboran ini, pemkot sedang merencanakan pembuatan Pasar Comboran Timur. Tempat inilah yang nantinya akan dijadikan pusat PKL onderdil yang saat ini masih ada di pinggir jalan," terang Mudachir.

Sementara untuk PKL Jl Trunojoyo akan dilaihkan ke Pasar Burung Splendid, selanjutnya pedagang Pasar Burung tersebut akan dialihkan ke Kedungkandang. "Pasar Burung dan PKL Kebalen akan dicarikan tempat di Kedungkandang," tambahnya.

Sedangkan lokasi PKL lainnya masih belum mendesak untuk direlokasi. Misalnya, PKL yang ada di Jl Halmahera, terang Mudachir, baru akan direlokasi setelah ketiga PKL prioritas tersebut kelar. Menurutnya, belum diprioritaskannya PKL Jl Halmahera tersebut dilakukan karena pemkot masih belum menyediakan lahan relokasi.

Untuk PKL yang memenuhi Pasar Besar Malang (PBM), Mudachir mengungkapkan, PBM sebenarnya merupakan daerah yang terlarang untuk PKL. Keberadaan PKL di PBM tersebut ilegal, sama halnya dengan kawasan Pecinan yang juga terlarang untuk PKL. "Mereka (PKL) itu main petak umpet dengan Satpol PP. Jika satpol tidak melakukan razia, mereka kembali lagi ke PBM. Sebaliknya, jika Satpol gencar melakukan razia, PKL-PKL tersebut akan sembunyi," tutur dia. (fir)

33.050 Bibit Menunggu Action Sekolah

Jawa Pos - Radar Malang, Kamis 26 Oktober 2006

MALANG - Target sekolah menjadi inspirator penghijauan dalam program Malang Ijo Royo-royo (MIRR) ke-III mulai digarap awal musim hujan, pasca Lebaran. Sejumlah 518 sekolah SD/MI hingga SMA/MA di lima cabang dinas Kota Malang akan diundang untuk pendataan keperluan bibit.

Diterangkan Kadis Pertamanan Mardjono, semua sekolah tersebut akan diminta membuat daftar kebutuhan bibit. Pertamanan membebaskan permintaan jenis bibit dari masing-masing sekolah. Tentunya disesuaikan dengan persediaan. Untuk pohon produktif, ada pohon mangga, belimbing, jambu air, kelengkeng, nangka, jambu biji. Sedangkan untuk pohon pelindung ada flamboyan, kenari, sengon, tanjung.

"Para civitas akademika di masing-masing sekolah harus bisa memantik tindakan penghijauan di lokasi di mana sekolah itu berada," kata Mardjono kemarin.

Setelah semua kebutuhan terdata, selanjutnya pertamanan langsung mendistribusikan bibit yang dibutuhkan. Dengan catatan, pihak sekolah juga harus melakukan perawatan dengan rajin dan tertib. "Kalau bisa semua bibit yang diditribusikan hidup semua," ungkap Mardjono.

Sementara, untuk membuat sekolah sebagai inspirator lingkungan sekitarnya, semua sekolah yang masih gersang harus dihijaukan terlebih dahulu. Tahun ini, semua sekolah mutlak untuk menanam pohon pelindung dan pohon produktif.

Untuk stok bibit kali ini, sudah tersedia 33.050 bibit berbagi jenis. Targetnya semua bibit itu bisa ditanam di semua sekolah plus lingkungan sekitar. Kalau maksimal kematian 10 persen, maka bibit-bibit tersebut akan menjadi pohon yang bisa menyejukkan warga Malang.

"Tema sekarang kan bersih dan sejuk. Jangan lupa kebersihan juga dijaga selain harus menanam pohon," katanya.

Terkait dengan sumbangamn bibit, Mardjono menegaskan sudah banyak pihak yang ingin menyalurkan bibit. Namun, mereka kesulitan memilih lokasi penanamannya. Untuk itu, dia mengimbau kepada sekolah agar meluaskan wilayah penghijauannya ke wilayah sekitar. Kalau bisa, sekolah bisa jadi agen penyalur. "Masih ribuan bibit lagi yang menunggu ditanam," pungkasnya. (yos)

Hingga 2007, Perda ABT Diprediksi Masih Mandul

Jawa Pos - Radar Malang, Kamis 26 Oktober 2006

MALANG - Dua perda tentang air bawah tanah (ABT) yakni perda retribusi dan perda pengaturan serta pengelolaan ABT yang beberapa waktu lalu sudah disahkan, kemungkinannya kecil bisa diterapkan pada 2007 nanti. Pasalnya, Pemkot Malang masih belum mempunyai perangkat keras ataupun lunak untuk menjalankan perda ABT.

Anggota Komisi C DPRD Kota Malang Helmi Teguh Yuana mengatakan, dua perda tentang ABT tersebut dirasa cukup efektif untuk fungsi konservasi dan retribusi. "Sayangnya, pemkot masih belum mempunyai perangkat untuk menjalankan fungsi dua perda ABT tersebut," kata Helmi.

Perangkat-perangkat yang belum dimiliki tersebut di antaranya adalah ketiadaan data base tentang ABT serta belum mempunyai satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) yang melaksanakan pengawasan ABT.

Data base tersebut, ungkap politisi dari PKS tersebut sangat diperlukan. Sebab, dengan data base ABT, pemkot bisa mengetahui berapa banyak titik ABT yang ada di Kota Malang, siapa saja pengguna ABT, jumlah volume ABT setiap hari yang dikeluarkan dan digunakan, serta potensi ABT.

Dengan mempunyai data base, pemkot bisa melakukan konservasi dan mengambil tindakan efektif. Misalnya, mengatasi kekeringan pada musim kemarau dan mengurangi banjir pada penghujan. "Selama ini kan tidak, Kota Malang selalu kekeringan pada kemarau dan banjir pada penghujan. Inilah yang harus diseimbangkan," terang Helmi.

Diprediksi, lanjut dia, di Kota Malang ini ada sekitar 200 lebih titik ABT yang ada di Kota Malang. Menurutnya, jika pemkot tidak mengetahui titik-titik ABT ini, bisa dipastikan konservasi dan retribusi tidak bisa jalan. "Contoh, jika pemkot tidak mengetahui siapa pengguna ABT, lalu siapa yang akan dikenai retribusi ABT," tanyanya.

Untuk setiap pengguna ABT akan dikenai kewajiban untuk retribusi dan daftar ulang selama tiga tahun sekali senilai Rp 500 ribu.

Selain tidak adanya data base, pemkot juga belum menyebut instansi mana yang akan menjalankan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) pengawalan dan pengawasan perda ABT tersebut. Hal ini dikarenakan dalam perda tidak disebutkan SKPD mana yang menangani persoalan ABT. "Karenanya, pemkot harus menunjuk SKPD tertentu untuk menjalankan tugas perda tersebut," tambah Helmi.

Hal senada juga diungkapkan Fatcullah. Anggota Komisi C DPRD Kota Malang ini menyebutkan, pemkot harus secara cepat dan tepat mengantisipasi keberadaan dua perda tersebut. "Data base dan SKPD yang menangani ABT merupakan hal urgen yang harus dipikirkan pemkot. Jangan sampai kedua perda yang disahkan tersebut tidak berfungsi karena tidak ada kesiapan dari pemkot," papar Fatchullah. (fir)

Merekam Jejak Sukses Tokoh-Tokoh Malang Raya

Jawa Pos - Radar Malang, Kamis 26 Oktober 2006

Risau Hilangnya Ruh Pendidikan Tinggi
Belakangan Universitas Islam Negeri (UIN) Malang menjadi buah bibir. Hal itu disebabkan terobosan-terobosan yang dilakukan UIN yang kerap membuat kejutan. Gebrakan-gebrakan tersebut tak lepas dari tangan dingin sang rektor, Prof Dr H Imam Suprayogo. Bagaimana sosok pria yang bersahaja ini.

KHOLID AMRULLAH, Malang
----

Rumah Prof Dr H Imam Suprayogo di Jl Merjosari 32 Malang itu nampak sederhana. Begitu pula perabot yang ada di dalamnya. Semua biasa-biasa saja. Kesederhaan itu rupanya sudah menjadi citra Imam sebagai orang kelahiran desa terpencil di Trenggalek. Bahkan, untuk Lebaran tahun ini saja, Imam lupa mengecat rumahnya. "Ya begini ini rumah saya, sejak dulu," katanya sembari tersenyum.

Menurut dia, pernah ada kolega yang datang ke rumahnya, kolega itu kaget melihat rumah Imam. Sembari bergurau sang kolega bertanya kepada dia apakah tidak ingin memiliki rumah yang lebih bagus. Imam pun menjawab, sebagai orang gunung, dia merasa rumah itu sudah sangat bagus.

Bukan hanya masalah rumah, Imam juga paling sederhana dalam berpakaian. Percaya atau tidak, meskipun sebagai rektor, ternyata Imam hanya memiliki sepasang sepatu. Sehingga, nyaris dia tidak pernah gonta-ganti sepatu. "Pokoknya, kalau satu ini belum rusak saya ya belum ganti," ujar pria kelahiran Trenggalek pada 1951 ini.

Kesederhaan dalam berpakaian juga demikian, Imam masih sering memakai pakaian biasa. Terutama warna putih. Saking seringnya memakai pakaian warna putih, dulu, ada mantan mahasiswa Imam yang mengatakan, dirinya sering menebak warna pakaian yang dipakai Imam, ketika mengajar waktu kuliah. Dan tebakan mahasiswa tersebut seringkali benar.

Selain kesederhanaan, salah satu kepribadian Imam yang menarik rasa sosialnya yang tinggi. Dia banyak membantu warga kampung yang tidak punya pekerjaan. Kadang diminta untuk membersihkan rumah, membetulkan atap atau yang lain. Bahkan ketika mendapat parcel pada Lebaran ini Imam memberikan parcel itu kepada warga sekitarnya.

Di samping itu, Imam juga paling pandai berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Dia tidak pernah membeda-bedakan lawan bicara. Apakah itu seorang dosen, mahasiswa, atau warga kampung yang dia temui. Siapa saja yang menjadi lawan bicaranya, Imam selalu bersemangat dan menghormati lawan biacara itu. Imam menganggap penting siapa yang diajak bicara tersebut. Dia juga tidak segan-segan ngobrol dengan mahasiswa yang bertandang ke rumahnya hingga malam dengan penuh semangat meladeni.

Dalam berkomunikasi ini, Imam rupanya mengerti betul teori berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Kalau kebetulan yang diajak adalah warga kampung, digunakan bahasa kampungan yang akrab di telinga. Dia tidak menggunakan bahasa Indonesia yang formal, tetapi dengan bahasa Jawa yang sopan dan lugas. Begitu juga kalau bertemu dengan anak muda kampung yang sedikit norak, Imam tak kurang akal untuk menggojlok pemuda tersebut sampai tertawa dan terjadi komunikasi yang baik.

Rasa sosial yang tinggi itu juga terpancar dari prilakunya yang lain. Seperti, dia tak perah lupa untuk menyapa warga kampung yang sudah kenal. Dia tak malu-malu menyapa terlebih dahulu dan berhenti sejenak kemudian mengajak ngobrol. Karena, sikapnya yang demikian ini, Imam sangat dikenal di kampungnya. Menurut dia, dengan cara seperti itu sama sekali tidak mengurangi kehormatan seseorang.

Yang tak kalah menarik, Imam juga sering datang ke pos ronda, ketika mendapat giliran piket. Kemudian ngobrol warga yang sama-sama piket. Malahan dia dulu juga pernah asyik ikut membakar ketela bersama-sama. Selain itu, dia juga tak segan-segan datang ke forum tahlilan di kampung kalau memang diundang dan ada waktu. Bagi dia, mendatangi forum seperti ini adalah bagian dari bersilaturrahim dengan masyarakat.

Dia mengatakan, hal itu diakukan sebagai wujud dari ajaran Islam agar banya bersilaturrahim. Dia sangat yakin orang yang banyak silaturrahim itu akan memperbanyak teman. Teman itu, bagi dia adalah segala-galanya. Katanya, lebih baik tidak punya uang daripada tidak punya teman. " Kalau kita tidak punya uang tapi masih punya teman, berarti masih bisa pinjam kan," guraunya.

Suatu ketika, forum tahlil tersebut ingin memiliki peralatan terbang jidor. Karena tidak punya modal, jamaahpun wadul kepada Imam. Mendengar keinginan masyarakat itu, Imam pun tak segan-segan untuk membantu membelikan perlengkapan. Kini jamaah terbang jidor itu hingga sekarang terkenal dengan sebutan Jamaah Terbang Jidor Al Hijrah Merjosari.

Tetapi dibaik kesederhanaannya itu, sosok Imam memiliki semangat yang besar, terutama untuk mengembangkan pendidikan. Berbagai pengalaman telah dia miliki, mulai dari menjabat sebagai pembantu dekan FKIP UMM, dekan Fisip UMM, pembantu rektor I UMM, direktur Pasca Sarjana UMM, Ketua Majelis Pengembangan Madrasah Terpadu (MIN I, MTsN I dan MAN 3 ) Malang, dan juga menjadi wakil ketua Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Swasta Jawa Timur.

Dari pergulatannya selama di dunia pendidikan, Imam pun mulai risau dengan kondisi pendidikan tinggi yang ada saat ini. Dia menilai ada sesuatu yang kurang dari lembaga pendidikan tinggi tersebut, yaitu masalah moralitas dan keagamaan. Lembaga pendidikan tinggi seperti banyak yang tidak memiliki ruh. Dari kerisauannya itulah Imam mulai menggagas konsep pendidikan tinggi Islam.

Dia ingin para sarjana itu memiliki kemampuan intelektual dan spiritual yang tinggi. Dia juga ingin mengubah citra lembaga pendidikan Islam yang selama ini terkesan terbelakang menjadi lembaga pendidikan yang maju dan profesional. Namun, tidak serta merta ide Imam itu mendapat dukungan. Banyak yang meragukan, bahkan dulu banyak sekali mahasiswa yang menolak dengan aksi unjuk rasa. Karena mereka menilai ide tersebut terlalu bombastis. Tapi Imam tidak pernah bergeming, bagi dia, semuanya harus terus berjalan sesuai rencana.

Dan sekarang, hasilnya bisa dilihat, semua orang berdecak kagum melihat perubahan UIN yang sedemikian besar dan cepat. UIN menjelma menjadi universitas yang besar dan patut diperhitungkan di pentas nasional. Konsepnya yang paling terkenal adalah penggabungan antara tradisi pendidikan pesantren dan perguruan tinggi yang modern. Yang mana, hal itu kini telah dilaksanakan di UIN Malang. " Saya yakin sekali kalau dua tradisi ini digabungkan hasilnya luar biasa," jelanya. (*)

Kena Proyek Kimpraswil, PDAM Rugi Puluhan Juta

Jawa Pos - Radar Malang, Senin 23 Oktober 2006

MALANG - PDAM Kota Malang mengalami kerugian puluhan juta. Kerugian itu dialami PDAM karena perusahaan air tersebut terpaksa memindahkan pipanya akibat proyek-proyek kimpraswil yang dilakukan tanpa koordinasi.

Direktur Teknik PDAM Bambang Purdjito menerangkan, salah satu proyek kimpraswil yang dianggap merugikan PDAM adalah proyek drainase di Sukun Gang IV. Proyek tersebut adalah pembangunan saluran air di Jl Supriadi yang digarap CV Tanjungtirto. Anggaran proyek ini sebesar Rp 147,889 juta dengan waktu pelaksanaan proyek dari 24 Juli hingga 21 November.

Menurut Bambang, kerugian tersebut dikarenakan PDAM harus mengalihkan jalur pipa distribusi sebanyak enam titik. "Dalam setiap titiknya tersebut, PDAM membutuhkan dana sekitar Rp 10 juta untuk pengalihan jalur tersebut," kata Bambang.

Ia menambahkan, satu jalur pipa PDAM tersebut panjang rata-ratanya antara 20 meter sampai 60 meter pipa distribusi. Bambang menjelaskan, peminahan jalur ini dilakukan karena pipa distribusi tersebut berada di dalam drainase yang dibangun kimpraswil.

Seharusnya, hal tersbeut tidak perlu terjadi, jika sebelum melaksanakan pembangunan, kimpraswil berkoordinasi dengan PDAM. "Kimpraswil kan mempunyai bidang perencanaan, seharusnya bidang tersebut berkoordinasi dengan bidang perencanaan yang dimiliki PDAM," tandas Bambang.

Pemberitahuan baru dilayangkan kepada PDAM oleh kimpraswil, setelah proyek yang digarap kimpraswil tersebut mengenai pipa PDAM dan membocorkannya. "Karena itu, dalam kasus di Sukun tersebut PDAM melayangkan tagihan kepada kimpraswil. Sayangnya sampai saat ini belum ada jawaban," lanjutnya.

Alasan kimpraswil karena anggaran untuk kerugian tersebut tidak dialokasikan dalam APBD kimpraswil. "PDAM juga tidak mempunyai anggaran untuk mengganti kerusakan seperti yang diakibatkan proyek kimprswil," kesal Bambang.

Untuk diketahui, proek kimpraswil di Sukun tersebut meresahkan masyarakat. Beberapa hal yang diresahkan masyarakat tersebut adalah pembangunan drainase yang di tengah-tengahnya ada tiang listrik dan tiang telepon. Selain itu, di saluran air tersebut juga terdapat saluran pipa PDAM. Jika ada kebocoran pipa PDAM sedikit saja, maka masyarakat akan mengonsumsi air yang terkontaminasi air comberan. Masak ada pipa PDAM di dalam selokan.

Bahaya lainnya adalah tiang listrik dan telepon yang ada di tengah selokan. Pasalnya, untuk membuat saluran air atau selokan tersebut, pihak kontraktor menggali tanah tempat tiang listrik dan telepon terpancang. Akibatnya, penetrasi tiang ke dalam tanah berkurang sekitar satu meter. Sehingga kekokohan tiang tersebut berkurang karena daya tancapnya sudah berkurang. Sebelumnya, beberapa warga Sukun lainnya juga mengadukan hal serupa ke FKS. "Bahkan ada tiang listrik yang sudah menggantung," ucap Sholahudin.

Sementara itu, beberapa waktu lalu Plt Kepala Dinas Kimpraswil Kota Malang Hadi Santoso membantah jika proyek tersebut membahayakan masyarakat. Sebab, tiang-tiang listrik tersebut ditanam dengan bahan yang kuat. "Saya kira sampai saat ini tidak ada yang berbahaya," jelas pria yang kerap dipanggil Sonny tersebut.

Dia juga membantah bahwa kimpraswil tidak melakukan koordinasi dengan PT PLN, PT Telkom, dan PDAM. Menurutnya, kimpraswil sudah melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah lainnya. "Untuk pipa PDAM misalnya, pihak PDAM sudah siap untuk memindahkan pipa-pipanya dengan model sipon atau dibelokkan," terang Sonny. (fir)

Sunday, October 29, 2006

Polres Bangun 19 Pos Pelayanan

Jawa Pos - Radar Malang, Minggu 22 Oktober 2006

MALANG - Polres Malang menyiapkan 19 pos pelayanan menjelang Lebaran. Ke-12 pos itu disiapkan untuk mengamankan jalur lalu lintas yang terletak di pinggir jalan. Sedangkap 7 pos lagi dibangun untuk palayanan wisata.

Menurut Kasat Lantas Polresta Malang AKP Budi Mulyanto, pos yang dibangun itu untuk mendukung kelancaran saat lebaran tiba. Di samping itu, pos yang berada di beberapa tempat seperti Kasembon, Pujon, Lawang, dan Karangkates, dipersiapkan untuk mengantisipasi arus mudik lebaran. "Pos yang kami bangun untuk menunjang para pemudik saat melakukan perjalanan menuju kampungnya," terang lulusan Akpol 1997.

Selain menunjang kelancaran berlalu lintas, pos ini juga digunakan sebagai pusat informasi para pemudik. Sebab, di pos pelayanan yang dibangun ini, para pemudik dapat menanyakan informasi jalan yang dapat dilalui. "Kami juga memberikan jasa informasi jalur yang akan dilalui," ungkap Budi.

Jalur mana saja yang mempunyai kepadatan tertinggi? Budi menjelaskan, jalur yang diperkirakan padat saat lebaran tiba di antaranya Lawang, Kasembon, Pujon, dan Karangkates. Pasalnya di empat jalur tersebut, merupakan jalur utama keluar masuk wilayah Kabupaten Malang. "Di jalur itu kami akan memberikan pelayanan lebih karena diperkirakan adanya lonjakan arus lalu lintas," terang Budi.

Sedang untuk pos pelayanan pariwisata, Budi menempatkan di beberapa objek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan. Tempat tersebut di antaranya Sengkaling, Mendit, Selorejo, dan sisanya di wilayah pantai. "Di tempat ini, para wisatawan domestik banyak yang datang untuk merayakan lebaran bersama keluarganya," papar Budi.

Untuk menunjang pos yang dibangun, Budi akan menempatkan anggotanya yang dibantu oleh anggota polsek setempat. Mereka akan mulai siaga sejak H-7 hingga H+7 selama lebaran. "Ini merupakan bagian dari tugas dan kami wajib untuk menjalankan," kata Budi. (bb)

Kepadatan Lalu Lintas Meningkat

Jawa Pos - Radar Malang, Minggu 22 Oktober 2006
MALANG - Kepadatan lalu lintas dari dan menuju Malang pada H-2 lebaran kemarin semakin meningkat. Bahkan sejumlah jalan protokol sempat macet. Itu disebabkan banyaknya kendaraan dari luar daerah atau Kota Malang berada di jantung kota.

Kasat Lantas Polresta Malang AKP Deden Sutriyatna Minhar mengungkapkan, kemacetan yang ada di jantung Kota Malang itu disebabkan banyaknya kendaraan menuju ke pusat perbelanjaan. Sebab, para pengguna jalan banyak sekali yang parkir kendaraan secara sembarangan. "Bukan saja parkir kendaraan yang benar, tetapi banyaknya kendaraan yang menuju ke pusat perbelanjaan meningkat hampir 200 persen," terang Deden.

Untuk mengantisipasi kemacetan lalu lintas tersebut, anggota Satlantas Lantas Polresta Malang ditempatkan di beberapa titik rawan macetan. Misalnya di sekitar mall, pasar, dan terminal. Itu dilakukan agar lonjakan arus lalu lintas dapat diketahui dan cepat ditangani. "Dengan menempatkan personel di beberapa ruas jalan yang rawan macet dapat mencegah terjadinya kemacetan fital," terangnya.

Untuk menyikapi kemacetan tersebut satlantas juga membuat rekayasa terbatas. Yakni dengan memberikan rambu-rambu lalu lintas tambahan di gerbang pintu keluar masuk Kota Malang. Sebab, di tempat inilah petugas akan cepat mengantisipasi kemacetan yang terjadi. "Dari pantauan di beberapa gerbang masuk Kota Malang, kami dapat dengan mudah memantau kendaraan yang masuk ke wilayah kami," kata Deden.

Selain itu, sambung dia, satlantas juga menempatkan petugas di delapan pos pantau. Itu dilakukan untuk mempermudah pelayanan yang diberikan pada masyarakat. "Terutama menjelang lebaran kali ini, kami terus minta anggota selalu berada di posnya untuk memberikan pelayanan masyarakat dengan baik," paparnya.

Setelah lebaran, polisi akan kembali menempati posnya di sejumlah pintu keluar Kota Malang. Sebab perkiraan sementara, kendaraan yang masuk Kota Malang menjelang lebaran meningkat pesat. Itu tidak menutup kemungkinan juga terjadi setelah lebaran. "Yang terpenting menjelang dan selesai lebaran anggota akan kami kerahkan semua untuk mengantisipasi kemacetan dan kecelakaan lalu lintas," ungkapnya. (bb)

Saturday, October 21, 2006

Usul UMK Rp 743 ribu

Jawa Pos - Radar Malang, Sabtu 21 Oktober 2006

MALANG - Upah minimun kerja (UMK) di Kabupaten Malang tahun mendatang dipastikan mengalami kenaikan. Berdasarkan survei dan perhitungan yang dilakukan dewan pengupahan Kabupaten Malang, terjadi perubahan pentapan UMK yakni dari Rp 681.000 menjadi Rp 743.250. "Ya, kami sudah sepakat antara pengusaha perwakilan pekerja dan pemerintah dalam menetapkan UMK tersebut," ujar Sutrisno, Kabid Pengawasan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk (DTKMP) Kabupaten Malang.

Sutrisno menjelaskan, keputusan itu sudah dilakukan seminggu yang lalu. Hanya saja saat itu pihaknya belum bisa mengajukan usulan kenaikan UMK pada Gubernur Jawa Timur. Pasalnya usulan kenaikan UMK Kabupaten masih belum ditanda tangani Bupati Malang Sujud Pribadi. "Kalau sudah disetujui pak bupati, pasti kami kirimkan ke gubernur," lanjutnya.

Dikatakan, kenaikan angka UMK dikarenakan terjadinya kenaikan KHL (kebutuhan hidup layak) di kabupaten. Hal itu ditunjukkan dengan naiknya indeks harga konsumen selama 2006 menuju 2007. "Itu hasil yang kami peroleh setelah kami kaji dengan berbagai elemen yang tergabung dalam dewan pengupahan," tegasnya.

Diharapkan dengan kenaikan upah tersebut, kehidupan buruh maupun karyawan di kabupaten semakin meningkat. Sehingga mendorong kesejahteraan masyarakat kabupaten.

Apakah keputusan itu disetujui perusahaan? Sutrisno menegaskan, karena perhitungan tersebut juga melibatkan perusahaan yang tergabung dalam apindo (asosiasi pengusaha indonesia) di kabupaten maka dipastikan kenaikan UMK disetujui. "Malah sebagian perusahaan telah menetapkan gaji diatas ketentuan itu," lanjutnya.

Bagaimana dengan perusahaan yang menolak? Sutrisno menegaskan selama perusahaan tidak melakukan penangguhan, maka pihaknya akan menindak perusahaan tersebut. Namun jika hal itu dikarenakan kondisi keuangan yang tidak memungkinkan, maka DTKMP menyarankan perusahaan mengajukan penangguhan. "Kalau memang ada kesepakatan dengan karyawan, tidak ada persoalan," pungkasnya. (yak)

Harga Sembako Mulai Naik

Jawa Pos - Radar Malang, Sabtu 21 Oktober 2006

MALANG - Minggu ke empat Ramadan 1427 H, harga sembilan barang pokok mulai merangkak naik. Meskipun sejumlah kebutuhan lainnya mengalami kestabilan bahkan ada yang cenderung mengalmi penurunan harga. Kenaikan kebutuhan itu terjadi pada kebutuhan telor ayam dari Rp 8.500 menjadi Rp 9.000, daging ayam dari Rp 17.500 menjadi Rp 19.000 dan daging sapi dari Rp 42.000 menjadi Rp 45.000 serta tepung dari Rp 4.235 menjadi Rp 4.500.

"Meskipun kenaikannya cukup tajam, masyarakat tidak perlu risau karena harganya masih berada pada harga standar. Apalagi harga lainnya masih stabil," ujar Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Malang, Sjakur Kullu, kemarin.

Sjakur menjelaskan, sedangkan kebutuhan barang yang mengalami penururnan harga seperti halnya pada jenis gula pasir, dan minyak goreng. Sedangkan barang yang mengalami kestabilan harga terdapat pada kebutuhan barang jenis beras dan cabe.

Seperti diberitakan, untuk memantau harga sembako, diskoperindag terus melakukan pemantauan harga sembako di kabupaten. Setiap hari, petugas melakukan pemantauan harga di 20 pasar di Kabupaten Malang yang dilaporkan dalam laporan mingguan. Pasar yang menjadi target pemantauan harga adalah Pasar Kepanjen, Singosari, Lawang, Karangploso, Ngantang, Tumpang, Dampit, Bantur, dan lainnya.

Sementara itu, kasi pembinaan dan penyuluhan perdagangan dalam negeri, Umi Uswatun Khasanah mengatakan, pada awal minggu ke empat kenaikan harga barang terjadi pada daging sapi Rp 42.000 menjadi Rp 45.000. kemudian pada telur ayam Rp 8.500 menjadi Rp 9.000, dan daging ayam dari Rp 17.500 menjadi Rp 19.000.

Sementara itu penurunan harga terjadi pada harga gula pasir sebesar Rp 5.700, tapi pada Kamis turun menjadi Rp 5.500. hal serupa juga terjadi pada kebutuhan mionyak goreng dari harga Rp 5.700 menjadi Rp 5.500. Sedangkan kebutuhan barang lainya mengalami kestabilan harga pada minggu ini antara lain beras dan cabe.

Umi menjelaskan, pihaknya tidak terlalu khawatir dengan kenaikan harga kebutuhan pokok. Pasalnya harga di pasaran tidak melebihi harga patokan standar. Gula pasir tidak melebihi harga Rp 7.000 dan berasa tidak melebihi harga Rp 5.000. "Tapi, kami tetap akan terus memantau pergerakan ini. kalau memang menghawatirkan, kami akan segera turun tangan," lanjut Umi. (yak)

Kereta Naik, Bus Landai

Jawa Pos - Radar Malang, Sabtu 21 Oktober 2006

Arus Mudik Lebaran di Malang Mulai Terasa
MALANG - Pergerakan arus penumpang bus dan kereta api hingga H-5 lebaran kemarin masih landai. Di terminal Arjosari misalnya, jumlah penumpang belum mengalami lonjakan berarti. Bus reguler Malang-Surabaya masih mengangkut penumpang sebanyak hari biasanya. Kalau pun ada peningkatan, hanya sekitar 5 persen saja.

"Belum banyak penumpangnya. Lima menit mengambil penumpang, kursi belum penuh," kata Bagio, salah seorang juru penumpang di Arjosari, kemarin.

Dari data yang ada pada UPTD terminal Arjosari, satu bus melaju rata-rata empat rit atau dua kali pulang pergi (PP). Armada reguler mencapai 156 unit. Sehari, total perjalanan 312 rit. Jumlah penumpang berangkat per hari sekitar 9.000 orang.

Sementara, pantauan koran ini di Stasiun Kota Baru H-5 kemarin, penumpang menunjukkan peningkatan. Jumlah penumpang yang berangkat mencapai 2.896 orang dalam sehari. Kalau dibanding tahun lalu, ada kenaikan sekitar 541 orang. Jumlah komulatif orang yang diberangkatkan mencapai 12.158 penumpang. Ada kenaikan 12 persen dibanding hari sebelumnya.

Mulai hari ini, akan dibuka Gajayana Lebaran yang melayani rute Malang-Jakarta. Setiap tanggal ganjil,Gajayana Lebaran akan diberangkatkan pukul 09.00. Harga tiket mulai Rp 260 ribu hingga Rp 300 ribu. "Sehingga KA eksekutif yang melayani Jakarta-Malang ada dua. Yakni Gajayana Lebaran dan Gajayana Reguler," tandas Wahyuono Yuli, kepala Stasiun Kota Baru.

Sementara, arus lalu lintas di pintu keluar Kota Malang sebelah utara (Jl A. Yani Utara) juga masih normal. Siang kemarin kendaraan yang mendominasi adalah motor dan kendaraan pribadi. Beberapa truk juga masih beroperasi menunggu larangan yang dimulai hari ini. (yos)

Konsumsi Premium Naik 7,5 Persen

Jawa Pos - Radar Malang, Sabtu 21 Oktober 2006

Sampai H+7 Lebaran, Pengelola SPBU Diminta Buka 24 Jam
MALANG - Memasuki H-4 Lebaran, mulai terlihat tren kenaikan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium. Dari konsumsi harian sebesar 800 kilo liter (kl) per hari, naik menjadi 860 kilo liter. Permintaan tersebut diprediksi akan terus bertambah hingga puncak arus mudik pada H-3 dan H-2 nanti. "Sudah mulai terjadi kenaikan permintaan. Kami pantau sejak H-7 lalu," kata Edith, Wira Penjualan Depo Pertamina Malang, kemarin.

Tentang penyebab kenaikan permintaan, Edith memprediksi karena banyak kendaraan pribadi yang mengisi premium lebih banyak dari rata-rata harian. Bisa jadi sebagai persiapan perjalanan jauh selama liburan Lebaran.

Sebaliknya, permintaan solar ternyata menurun dari rata-rata harian. Dari biasanya 300 kl per hari, menjadi 280 kl per hari. Diprediksi, penurunan tersebut karena berkurangnya operasional kendaraan angkutan barang menyusul larangan pengoperasian truk mulai hari ini. "Solar malah turun. Kalau konsumsi bus tetap stabil. Untuk minyak tanah, konsumsinya stabil sekiatar 670 kl per hari," tandas pria yang baru menjabat beberapa minggu itu.

Tentang suplai, Edith menegaskan berapa pun permintaan dari depo atau dari SPBU ke depo akan dilayani. Sebab stok yang ada sangat-sangat cukup. Mobil tangki pengangkut BBM di depo bahkan antre menunggu giliran menuangkan BBM ke tangker persediaan. "Stok melimpah. Tidak ada masalah," katanya.

Lebih dari itu, depo memberikan kebijakan bahwa delivery order (DO) dipermudah. SPBU bisa mendapat kiriman BBM yang diorder hari itu juga. Ketika mereka membayar hari itu, maka barang akan langsung dikirim. Kebijakan itu berbeda dengan hari-hari biasanya. Biasanya depo membutuhkan waktu sehari untuk memprosesnya. "Sekarang langsung dikirim begitu pembayaran lunas," tegas Edith.

Terkait kebijakan kelancaran penjualan, pertamina menginstruksikan kepada pengelola untuk membuka SPBU 24 jam. Hal itu dimulai H-7 hingga H+7. Terutama SPBU yang berada di jalan-jalan poros. "Mereka harus buka 24 jam agar masyarakat lebih mudah mendapatkan BBM kala mudik di malam hari," tandas Edith. (yos)

Thursday, October 19, 2006

THR Belum Jelas, Tiga Perusahaan Diadukan

Jawa Pos - Radar Malang, Kamis 19 Oktober 2006

MALANG - Tiga pengaduan masalah pembayaran THR (tunjangan hari raya) masuk ke disnaker hingga H-6 kemarin. Tiga perusahaan yang diadukan karyawannya itu adalah pabrik eternit PT Miko (Bandulan), pabrik rokok di Jl Karya Timur, dan dealer mobil Serdam.

Kadisnaker Kota Malang Darussalam Subekti mengatakan, yang datang ke kantornya adalah karyawan tiga perusahaan tersebut. Para perwakilan karyawan minta disnaker ikut campur dalam masalah pembayaran THR. Rata-rata para karyawan belum mendapat kepastian kapan dan berapa besar THR yang dibayarkan perusahaan. "Mereka datang baik-baik ke kami minta dibantu menyelesaikan masalah pembayaran THR. Kami fasilitasi mereka dengan manajemen," tandas Darussalam.

Permasalahan THR dua di antara tiga perusahaan tersebut telah selesai. Karyawan dengan manajemen membuat kesepakatan tentang besaran dan waktu pembayaran THR. Biasanya, kalau manajemen sedang kesulitan keuangan, maka ketentuan dalam perundang-undangan dikesampingkan dengan kesepakatan. Buruh pun banyak yang paham ketika mau melihat kondisi sebenarnya.

"Yang penting kan semuanya harus bisa berjalan. Pengusaha jangan minta menang sendiri. Sebaliknya karyawan harus mengerti," kata pria yang rambutnya sudah memutih tersebut.

Secara umum, pembayaran THR tahun ini tidak terlalu bermasalah. Dari 320.000 buruh yang ada di Kota Malang, hanya seratusan saja yang melaporkan pada disnaker. Sisanya dianggap telah beres dan sudah mempunyai kesepakatan dengan manajemen.

Apakah disnaker akan menindak ketika ada yang tidak membayar THR? Darussalam menandaskan bahwa yang utama adalah kesepakatan. Bukan menekan. Pihaknya juga berupaya meminimalisir pembuatan berita acara pidana (BAP) ketika ada perusahaan tidak membayar THR.

"Kami mendahulukan cara persuasif terlebih dahulu. Minta manajemen membuat kesepakatan dengan karyawan agar semuanya tetap bisa berjalan normal. Mungkin kondisi sekarang belum memungkinkan," pungkas pria yang sudah lebih tiga tahun ini menduduki jabatannya. Sekadar diketahui, tahun sebelumnya, hampir tidak ada pengaduan masalah pembayaran THR. (yos)

KA Panataran Anjlok, Penumpang Telantar

Jawa Pos - Radar Malang, Kamis 19 Oktober 2006

MALANG - Kecelakaan kereta api (KA) terjadi pada H-6 lebaran kemarin. Sekitar pukul 11.47, KA Penataran jurusan Surabaya-Tulungagung-Jombang anjlok dan keluar jalur. Peristiwa itu terjadi ketika kereta baru berjalan 700 meter dari Stasiun KA Kota Baru. Akibatnya, sekitar 1.500 penumpang (1 gerbong 250 tempat duduk) ke arah Blitar, Kediri, Tulungagung, dan Kertosono telantar sekitar tiga jam di stasiun.

Untungnya, tidak ada korban dalam peristiwa itu. Penumpang hanya shock dan kaget akibat peristiwa yang tidak mereka duga sebelumnya. Akibat kejadian itu pemberangkatan dan kedatangan KA di jalur 1 lumpuh total.

Dari informasi yang dihimpun, satu dari enam gerbong yang dibawa kereta bernomor loko CC 20104 itu terguling. Gerbong yang terguling terletak persis di belakang lokomotif. Gara-garanya roda lokomotif dan gerbong keluar jalur.

"Saya kaget setengah mati. Tahu-tahu kereta yang baru berangkat goyang ke kanan terus ke kiri. Lalu terguling ke kiri," ujar Eki, salah seorang penumpang di gerbong yang terguling.

Kendati hanya satu gerbong yang terguling, lebih dari 500 orang penumpang di empat gerbong harus dipindahkan. Itu karena yang berhasil ditarik hanya dua gerbong paling belakang. Empat gerbong tidak bisa ditarik karena jalur tidak memungkinkan. Keempat gerbong paling depan itu diprediksi juga bisa terguling ketika ditarik paksa dengan lokomotif.

"Saya mau ke Kertosono tadi. Tahu-tahu KA berhenti mendadak dan penumpang teriak-teriak. Itu karena yang di gerbong satu saling tertindih karena terguling," kata Ella, salah seorang penumpang gerbong tiga.

Setelah tiga jam, ratusan penumpang tersebut akhirnya diberangkatkan dengan KA Penataran jadwal berikutnya. Karena jalur satu lumpuh, KA berangkat lewat jalur lima.

Kepala Stasiun KA Wahyuono Yuli yang dihubungi terpisah mengatakan, pihaknya belum mengetahui penyebab anjoknya KA kelas ekonomi tersebut. Ada tim yang sedang mencari data dan meneliti penyebabnya. Mereka sedang bekerja dan belum memberikan laporan.

"Untuk sementara kami belum mengetahui penyebabnya. Yang penting adalah penumpang kami antarkan dahulu ke tempat tujuan dengan KA jadwal selanjutnya," tegas mantan Kepala Stasiun KA Pasar Turi tersebut.

Sementara, beberapa petugas lapangan menilai anjloknya roda kereta karena terjadi pembengkokan rel akibat bantalan keropos dan tercabutnya paku. "Bantalan rel di stasiun ini waktunya diganti beton," ujar seorang petugas mekanik. (yos)