Thursday, January 25, 2007

Semarak, Grebeg Sura

Radar Malang - Jawa Pos, Minggu 21 Januari 2007

MALANG - Peringatan 1 suro kemarin diwarnai grebek suro. Kali ini tak hanya di Pemkot Malang, tapi juga Pemkab Malang, dan kompleks wisata Gunung Kawi. Di tiga tempat itu, grebek suro menyedot perhatian masyarakat.

Seperti acara grebek sesaji agung di pemkot dan pemkab. Acara menyambut tahun baru 1940 J/ 1428 H/ 2007 M, yang jatuh kemarin itu, dimulai sejak Jumat malam. Yakni melaksanakan ritual jamasan dan salamatan bubur sura. Juga ziarah di makam yang diyakini sebagai cikal bakal Malang, dilanjutkan ritual ke Candi Sumberawan, Singosari.

Setelah melakukan ritual pada malam hari, paginya dilanjutkan dengan kirap agung. Kirap yang diawali di depan pendapa Kabupaten Malang, membawa robyong yang berisikan berbagai hasil bumi dari Malang Raya yang disusun rapi menyerupai tumpeng. Dari pendopo, Bupati Sujud Pribadi melepas iring-iringan sesaji tersebut menuju balai kota.

Iring-iringan robyong ini dikawal oleh punggawa yang berpakaian Jawa dengan membawa tombak. Bahkan ibu-ibu yang menggunakan pakaian kebaya juga ikut, dalam iring-iringan tersebut.

Kirap grebek sura sesaji agung tersebut melewati Jalan Kauman, Kawi, Ijen, Semeru, Kahuripan, dan finish di balai kota. Di balai kota, Wakil Wali (Wawali) Bambang Prio Utomo dan para tokoh spiritual melakukan ritual di Tugu Kucecwara. Mereka melakukan jamasan dengan menyiram bunga tujuh rupa di monumen tugu yang di bangun sejak tahun 50-an ini.

Selesai melakukan ritual, kegiatan tersebut dilanjutkan dengan melepas satu ekor ayam warna hitam dan burung dara. Pelepasan beberapa unggas merupakan simbul kebebasan bagi hewan. Di tugu tersebut mereka juga memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk senantiasa melindungi warga Malang Raya dari berbagai bencana yang setiap saat dapat menimpa.

Menurut Ki Wahyu salah satu tokoh spiritual yang juga humas dari kegiatan, Jamasan yang diselenggarakan ditugu ini jangan disalahartikan. Sebab tugu yang berdiri kokoh di tengah masyarakat ini merupakan salah satu benda sejarah yang wajib di kenal oleh masyarakat.

Beberapa pusaka milik pemkab dan pemkot Kota juga ikut di kirap. Di antaranya tombak Kiai Tunggul Sangga Bumi, dan tombak Junjung Drajat Pamangku Drajat.

Grebeg Sura Sesaji Agung berakhir dengan rebutan robyong berupa hasil bumi oleh masyakarat yang menonton.

"Robyong ini simbul kemakmuran. Yang berebut ini bagian dari masyrakat yang penuh semangat untuk mengelola hasil bumi.

Sementara itu, ritual 1 syuro di kompleks Gunung Kawi, di Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang, juga berjalan meriah. Hujan deras yang mengguyur tak menyurutkan niat perserta menjalankan agenda ritual tahunan itu.

Kirab sesaji yang dipimpin langsung Bupati Malang Sujud Pribadi itu tidak saja menyedot ribuan warga kabupaten, melainkan juga warga luar kabupaten. Apalagi dalam kirab sesaji itu juga disuguhkan pertunjukan pembakaran sangkakala atau simbol keangkaramurkaan.

"Ini bukan hanya sekadar tradisi, tapi juga bentuk syukur atas anugerah yang telah diberikan sekaligus mengingatkan diri selalu menjauhi tindakan mau menang sendiri yang bisa mengakibatkan angkara murka di dunia," ujar Sujud Pribadi, di sela-sela acara kirab.

Kirab gebyar ritual 1 Syuro itu merupakan agenda tahunan bagi penduduk sekitar Gunung Kawi. Acara tersebut diikuti oleh 14 kontingen atau rukun tetangga. Masing-masing kontingen terdiri dari antara 100-250 peserta. Setiap kontingen mengusung jogen yang berisi tumpeng. Tumpeng itu antara lain berisi hasil bumi atau panen yang telah diberikan oleh Sang Pencipta. Setiap kontingen juga menyuguhkan kesenian yang cukup bergam, ada tanjidor, jaranan, hadrah, drum band, barongsai, dan kesenian lainnya.

Di antara persembahan sejumlah kontingen, ada satu kontingen yang menjadi perhatian serius sejumlah penduduk maupun pengunjung wisata ritual gunung kawi, yakni patung sangkakala yang diusung paling belakangan. Ribuan mata tertuju pada patug raksasa yang disimbolkan sebagai penggoda manusia itu. "Maskotnya memang sangkakala. Dia dihadirkan paling belakang dalam kirab, kemudian dibakar pada akhir acara sebagai acara penutup," ujar Ketua Panitia Kirab gebyar ritual 1 Syuro, Kuswanto.

Kirab yang dimulai dari lapangan parkir itu menyisir pesarehan, dan berakhir di lokasi wisata ritual Gunung Kawi. Setelah semua kontingen menyelesaikan kirab, kontingen pembawa sang kala mempertunjukan kebolehannya. Para pengusung sang kala dan pengawal kontingen melakukan tarian diiringi dengan tabuhan musik.

Sesaat kemudian, sesepuh Desa Wonosari menyerahkan sepucuk tombak ke Sujud. Kemudian oleh bupati diserahkan pada kepala desa lalu ditancapkan ke dada sangkalala. Tidak lama kemudian terdengar bunyi ledakan dan terbakarlah sang kala. Suara tabuh dan musik dibunyikan serempak diiringi shalawat. Dan acara kirab gebyar 1 syuro pun berakhir. (bb/yak)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home