Thursday, January 25, 2007

Johan Wahyudi, Pebulu Tangkis Internasional Asli Malang

Jawa Pos, Radar Malang

Ogah Jadi Pelatih, Pilih Bisnis Kayu Sulawesi
Johan Wahyudi adalah mantan pebulutangkis internasional yang mengharumkan Indonesia tahun 1971-1981. Enam kali juara All England ganda putra dia sabet. Kini, di sela-sela menekuni bisnis kayu, olahragawan asli Malang ini berangan-angan punya GOR yang bisa menelurkan bibit-bibit pebulu tangkis nasional.

Yosi Arbianto, MALANG
---

Perum Wilis Indah E-6 Kota Malang. Siang kemarin, Johan mengaku sedang tidak enak badan. "Masuk angin kayaknya. Abis tenis pagi tadi, badan rasanya kok kurang enak," kata Johan seraya mempersilakan wartawan koran ini duduk di sofanya.

"Saya sekarang tiap pagi tenis. Kalau berhenti, badan rasanya pegal-pegal. Sambil jaga jantung juga," sambung Johan sambil menunjuk dada kirinya.

Johan berupaya menjaga kondisi jantungnya agar tetap sehat. Sebab Tjun Tjun, pasangan mainnya merebut enam kali juara bulu tangkis All England, sekarang sedang sakit jantung.

Berkaus putih dan bercelana pendek, badan Johan masih terlihat atletis. Tidak kurus dan juga tidak terlalu gemuk. Otot-otot betisnya masih terlihat kencang. Di usia 54 tahun, jalannya juga masih tegap. Yang berbeda, kini dia memakai kacamata minus.

"Saya bersyukur ya, di usia 54, tidak pernah sakit macam-macam. Paling-paling cuma masuk angin. Mulai pukul 06.00-07.30, saya selalu tenis. Kadang juga main bulu tangkis," kata bapak berputra empat ini.

Sebagai mantan peraih juara dunia bulu tangkis (IBF) 1972, di Malang Johan sudah mengurangi kegiatan yang berhubungan dengan tepuk bulu. Bulu tangkis dilakukannya hanya ketika dia kepingin. Menjadi pelatih juga tidak dia lakukan.

Hanya saja, dia sering ngobrol dengan Icuk Sugiarto (mantan pebulu tangkis nasional), Ketua PB PBSI Sutiyoso, dan rekan-rekan sesama pebulu tangkis seputar kondisi terkini bulu tangkis nasional. Dia secara pribadi juga sering menyumbang saran untuk kebaikan bulu tangkis nasional.

"Membina PBSI Kota Malang saya tidak lakukan. Ya karena saya tidak kenal dengan pengurus sekarang," ungkap olahragawan kelahiran 10 Februari 1953 ini.

Selain olahraga hanya untuk menjaga stamina tubuhnya, Johan sekarang sibuk dengan bisnis kayunya. Dia berdagang kayu dari wilayah Sulawesi untuk dijual ke beberapa tempat. "Sekarang saya usaha kayu. Itu juga, saya banyak dibohongi orang. Ya memang kita ini bukan orang dagang," kata suami Evisianawati ini sambil tertawa.

Bercerita tentang prestasi bulu tangkis yang bisa diraih, Johan boleh dikatakan luar biasa. Di zamannya, dia adalah salah satu pahlawan olahraga yang mengharumkan bangsa. Berpasangan dengan Tjun Tjun, dia berhasil mengawali prestasi internasional dengan merebut juara dunia IBF tahun 1972. Kemudian, selama enam tahun dia menyabet juara All England. Yakni tahun 1974, 1975, 1977, 1978, 1979, dan terakhir 1980.

"Wah rasanya bangga. Motivasinya kalau itu pokoknya membela negara. Merah putih harus jaya," kata Johan yang dahulu tinggal di sebuah rumah di gang Madiun, seputar Klenteng Eng An Kiong.

Sementara, juara bulu tangkis Thomas Cup ganda putra juga berhasil dipegangnya tiga tahun. Yakni tahun 1973, 1976, dan 1979. Sedangkan ganda putra Asean Games Teheran disabetnya tahun 1974. Kemudian Sea Games 1976 juga direbutnya. "Kejuaraan lainnya di Swedia dan Kuala Lumpur kami selalu menang. Banyak kalau kejuaraan yang lain," kata Johan.

Johan-Tjun bukannya tidak pernah kalah. Dalam kejuaraan All England 1973, dia bisa dikalahkan Christian Hadinata dari Indonesia. Dalam kejuaraan yang sama tahun 1976, dia juga dikalahkan pasangan Swedia di semifinal. Dan kekalahan paling mutlak, dia gagal memecahkan rekor dunia All England tahun 1981 karena kalah dari pasangan Herianto-Hartono.

Johan mengakui, modal yang dia miliki kala itu untuk menekuni dunia bulu tangkis adalah modal nekad. Hidup dalam keluarga pas-pasan, Johan kecil sudah dididik ayahnya, Mangku Prayitno, menjadi orang sportif. Karena ayahnya suka olahraga, Johan kecil terbawa untuk ikut berolahraga tiap pagi. "Saya dahulu setiap pagi lari mengitari alun-alun tugu. Bisa empat sampai lima kali," kata Johan.

Menginjak SMP, sekitar tahun 1965, dia mulai menekuni bulu tangkis. Tempat berlatihnya adalah sebuah lapangan milik kepolisian di Jl Kelud. "Ya saya main sama anak-anaknya polisi di Jl Kelud. Klubnya kalau tidak salah Gajahputih," ungkap Johan.

Naik ke bangku SMA, Johan memilih sekolah di SMA Petra Surabaya. Di sinilah karir Johan dimulai. Sekitar tahun 1968, dia dilirik salah seorang pelatih bulu tangkis dari klub Rajawali. Dia kemudian digembleng untuk dikirim ke pelatnas. Saat di Rajawali, dia bertemu dengan Rudi Hartono.

"Januari 1971, saya mulai masuk pelatnas. Mei 1971, saya sudah ikut kejuaraan dunia bulu tangkis di Singapura tapi kalah," katanya.

Menanggapi kondisi bulu tangkis sekarang, Johan melihat bibit-bibit pebulu tangkis kurang unggul. Dia melihat pembinaan sudah bagus. Masalah dana, sebenarnya juga relatif baik. "Pemainnya yang saat ini kurang bagus. Kalau saya lihat, kurang disiplin," katanya.

Johan sebenarnya punya keinginan ikut membina dan membangun bulu tangkis nasional. Hanya saja, dia tidak memiliki sarana dan sokongan dana. Dia mengaku bisa berupaya mencarikan bibit-bibit bagus. Dia juga bersedia melatih tanpa dibayar untuk kemajuan bulu tangkis nasional.

"Tetapi ya itu tadi, siapa yang mau memberikan sponsor saat ini. Soalnya bibit pebulu tangkis yang bagus kebanyakan orang yang tidak mampu. Sulit untuk mereka membiayai sendiri," katanya Johan.

Johan ingin mempunyai sebuah GOR bulu tangkis. Ketika nanti ada sponsor, dia mencoba mencari bibit yang akan dia gembleng. Dia yakin, dengan metode dan pengalaman yang dia punyai, bibit muda yang dia akan ciptakan bisa kembali mengharumkan nama bangsa. (*)

Semarak, Grebeg Sura

Radar Malang - Jawa Pos, Minggu 21 Januari 2007

MALANG - Peringatan 1 suro kemarin diwarnai grebek suro. Kali ini tak hanya di Pemkot Malang, tapi juga Pemkab Malang, dan kompleks wisata Gunung Kawi. Di tiga tempat itu, grebek suro menyedot perhatian masyarakat.

Seperti acara grebek sesaji agung di pemkot dan pemkab. Acara menyambut tahun baru 1940 J/ 1428 H/ 2007 M, yang jatuh kemarin itu, dimulai sejak Jumat malam. Yakni melaksanakan ritual jamasan dan salamatan bubur sura. Juga ziarah di makam yang diyakini sebagai cikal bakal Malang, dilanjutkan ritual ke Candi Sumberawan, Singosari.

Setelah melakukan ritual pada malam hari, paginya dilanjutkan dengan kirap agung. Kirap yang diawali di depan pendapa Kabupaten Malang, membawa robyong yang berisikan berbagai hasil bumi dari Malang Raya yang disusun rapi menyerupai tumpeng. Dari pendopo, Bupati Sujud Pribadi melepas iring-iringan sesaji tersebut menuju balai kota.

Iring-iringan robyong ini dikawal oleh punggawa yang berpakaian Jawa dengan membawa tombak. Bahkan ibu-ibu yang menggunakan pakaian kebaya juga ikut, dalam iring-iringan tersebut.

Kirap grebek sura sesaji agung tersebut melewati Jalan Kauman, Kawi, Ijen, Semeru, Kahuripan, dan finish di balai kota. Di balai kota, Wakil Wali (Wawali) Bambang Prio Utomo dan para tokoh spiritual melakukan ritual di Tugu Kucecwara. Mereka melakukan jamasan dengan menyiram bunga tujuh rupa di monumen tugu yang di bangun sejak tahun 50-an ini.

Selesai melakukan ritual, kegiatan tersebut dilanjutkan dengan melepas satu ekor ayam warna hitam dan burung dara. Pelepasan beberapa unggas merupakan simbul kebebasan bagi hewan. Di tugu tersebut mereka juga memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk senantiasa melindungi warga Malang Raya dari berbagai bencana yang setiap saat dapat menimpa.

Menurut Ki Wahyu salah satu tokoh spiritual yang juga humas dari kegiatan, Jamasan yang diselenggarakan ditugu ini jangan disalahartikan. Sebab tugu yang berdiri kokoh di tengah masyarakat ini merupakan salah satu benda sejarah yang wajib di kenal oleh masyarakat.

Beberapa pusaka milik pemkab dan pemkot Kota juga ikut di kirap. Di antaranya tombak Kiai Tunggul Sangga Bumi, dan tombak Junjung Drajat Pamangku Drajat.

Grebeg Sura Sesaji Agung berakhir dengan rebutan robyong berupa hasil bumi oleh masyakarat yang menonton.

"Robyong ini simbul kemakmuran. Yang berebut ini bagian dari masyrakat yang penuh semangat untuk mengelola hasil bumi.

Sementara itu, ritual 1 syuro di kompleks Gunung Kawi, di Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang, juga berjalan meriah. Hujan deras yang mengguyur tak menyurutkan niat perserta menjalankan agenda ritual tahunan itu.

Kirab sesaji yang dipimpin langsung Bupati Malang Sujud Pribadi itu tidak saja menyedot ribuan warga kabupaten, melainkan juga warga luar kabupaten. Apalagi dalam kirab sesaji itu juga disuguhkan pertunjukan pembakaran sangkakala atau simbol keangkaramurkaan.

"Ini bukan hanya sekadar tradisi, tapi juga bentuk syukur atas anugerah yang telah diberikan sekaligus mengingatkan diri selalu menjauhi tindakan mau menang sendiri yang bisa mengakibatkan angkara murka di dunia," ujar Sujud Pribadi, di sela-sela acara kirab.

Kirab gebyar ritual 1 Syuro itu merupakan agenda tahunan bagi penduduk sekitar Gunung Kawi. Acara tersebut diikuti oleh 14 kontingen atau rukun tetangga. Masing-masing kontingen terdiri dari antara 100-250 peserta. Setiap kontingen mengusung jogen yang berisi tumpeng. Tumpeng itu antara lain berisi hasil bumi atau panen yang telah diberikan oleh Sang Pencipta. Setiap kontingen juga menyuguhkan kesenian yang cukup bergam, ada tanjidor, jaranan, hadrah, drum band, barongsai, dan kesenian lainnya.

Di antara persembahan sejumlah kontingen, ada satu kontingen yang menjadi perhatian serius sejumlah penduduk maupun pengunjung wisata ritual gunung kawi, yakni patung sangkakala yang diusung paling belakangan. Ribuan mata tertuju pada patug raksasa yang disimbolkan sebagai penggoda manusia itu. "Maskotnya memang sangkakala. Dia dihadirkan paling belakang dalam kirab, kemudian dibakar pada akhir acara sebagai acara penutup," ujar Ketua Panitia Kirab gebyar ritual 1 Syuro, Kuswanto.

Kirab yang dimulai dari lapangan parkir itu menyisir pesarehan, dan berakhir di lokasi wisata ritual Gunung Kawi. Setelah semua kontingen menyelesaikan kirab, kontingen pembawa sang kala mempertunjukan kebolehannya. Para pengusung sang kala dan pengawal kontingen melakukan tarian diiringi dengan tabuhan musik.

Sesaat kemudian, sesepuh Desa Wonosari menyerahkan sepucuk tombak ke Sujud. Kemudian oleh bupati diserahkan pada kepala desa lalu ditancapkan ke dada sangkalala. Tidak lama kemudian terdengar bunyi ledakan dan terbakarlah sang kala. Suara tabuh dan musik dibunyikan serempak diiringi shalawat. Dan acara kirab gebyar 1 syuro pun berakhir. (bb/yak)

Wednesday, January 10, 2007

Disepakati Forum Konservasi DAS Brantas

Radar Malang, Sabtu 6 Januari 2007

Malang - Diskusi menyoal penyelamatan Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas di aula Perum Jasa Tirta I berlangsung gayeng, kemarin. Pertemuan yang menghadirkan stake holder itu menyimpulkan perlunya revitalisasi DAS Brantas.

Pembicara yang dihadirkan dalam diskusi yang diprakarsai Bakorwil Wilayah III Malang itu di antaranya Ir R Budhi Effiudin dari Dinas Kehutanan Pemprov Jatim, BP DAS Brantas Toyo Sunaryo, Perum Jasa Tirta Ir Widyo P., dan Dirtek PDAM Kota Malang Bambang Purjito. Sementara peserta diskusi yang hadir adalah dari Radar Malang, LSM lingkungan, pecinta alam, dan instansi-instansi terkait.

Dalam kegiatan tersebut, disepakati terbentuknya forum yang bertemu secara berkala untuk merancang strategi penyelamatan DAS Brantas. Sebab, bila tidak segera dilakukan kondisi DAS Brantas akan semakin memprihatinkan. "Kami sangat mendukung bila memang forum tersebut dibentuk," ujar Budhi Effiudin.

Diskusi menghangat ketika memasuki sesi PDAM Kota Malang yang menjadi narasumber. Bambang yang menjadi pembicara banyak dicecar pertanyaan oleh peserta diskusi. Khususnya soal polemik pengambilan air dari sumber di Batu. Yakni Banyuning dan Ngesong yang berada di Kecamatan Bumiaji.

Beberapa peserta menyayangkan Pemkot Batu yang meminta kompensasi terlalu besar. Sebab, dikhawatirkan akan membebani pelanggan PDAM Kota Malang. "Pemkot Batu mestinya tidak boleh menekan PDAM Kota Malang karena imbasnya pada pelanggan," ujar salah satu peserta.

Sementara itu, peserta yang lain menilai PDAM Kota Malang keterlaluan. Sebab, selama mengambil air di Kota Batu belum memberikan kontribusi kepada pemkot. Karena itu, PDAM diminta segera memberi kontribusi agar tidak timbul persoalan.

Sedang sejumlah peserta diskusi lainnya mempertanyakan pola konservasi yang dilakukan PDAM Kota Malang terhadap mata air tersebut.

Bambang menjelaskan, PDAM memiliki kewajiban mempertahankan konservasi di zona I. "Zona itu memiliki arti radius 500 meter dari sumber air konservasi menjadi tanggung jawab PDAM Kota Malang," terangnya.

Dijelaskan, di dua lokasi mata air itu, PDAM memberlakukan penjagaan mata air selama 24 jam. Siapapun tidak diperbolehkan masuk tanpa ada keperluan yang penting. "Kalau ada pohon yang mati, pasti akan kami ganti," tandasnya. Dikatakan, pihak PDAM juga diminta membantu memelihara konservasi di zona II dan III. Namun, penanganannya dilakukan oleh Pemprov Jatim. (tyo)

Nelayan Sendang Biru Resah

Radar Malang, Sabtu 6 Januari 2007

MALANG - Dishub Pemprov Jatim melarang nelayan di Jatim tidak melaut. Salah satunya adalah nelayan yang berada di kawasan Malang Selatan. Larangan itu disampaikan karena ada laporan dari badan meteorologi dan geofisika yang menyatakan kondisi cuaca buruk.

"Apalagi ada instruksi dari departemen perhubungan yang isinya larangan untuk tidak melaut seminggu , terhitung sejak awal 2007 ini," ujar Kadishub Pemprov Jatim Hari Soegiri, kemarin.

Hari mengatakan, berdasarkan instruksi tersebut, mengimbau kepada masyarakat yang ingin melaut baik mencari ikan maupun untuk pengiriman barang, agar ditunda untuk sementara waktu. Penundaan ini menunggu hasil evaluasi dari BMG pusat. Apakah setelah tanggal 6 nanti ada perubahan kondisi cuaca ataukah sebaliknya. Dengan demikian, terjadinya bencana kapal tenggelam yang terjadi akhir-akhir ini dapat diminimalisir.

Ditempat terpisah, salah satu nelayan Sendang Biru, Darsono, mengaku sejak ada larang tersebut nelayan mengalami penurunan pendapatan sekitar 80 persen. Darsono mengatakan, jika biasanya nelayan di kawasan sendang biru yang mencari ikan sebanyak 250 kapal, maka saat ini yang melaut hanya 70 persen. "Terus terang kami sangat bingung, sebab sebelumnya tidak ada pemberitahuan sama sekali dari pemkab," tuturnya.

Darsono mengatakan, realitas ini mengakibatkan nelayan sendang biru mengalami masa-masa sulit, karena tidak ada pendapatan bagi nelayan. Pihaknya sangat berharap pemkab dapat memberikan bantuan berupa sembako untuk bisa membantu biaya hidup. (gus)

Pemkot-Dewan Koor Soal Pabrik Sampah

Radar Malang, Sabtu 6 Januari 2007
MALANG - Pemkot dan DPRD Kota Malang ternyata satu kata soal realisasi pembangunan pabrik pengolahan sampah yang rencana awalnya akan dibangun di Kelurahan Arjowinangun, Kecamatan Kedungkandang. Lepas dari ada tidaknya tentangan masyarakat, pabrik pengolahan sampah dengan sistem multifunction solid waste treatment itu harus tetap didirikan di Kota Malang.

Ketua Komisi C DPRD M. Tohir mengatakan, pendirian pabrik pengolahan sampah adalah sebuah solusi jangka panjang untuk menjaga Kota Malang tetap bersih, asri, dan nyaman. Sampah adalah salah satu efek negatif yang akan terus ada selama manusia ada. Sampah juga akan terus bertambah ketika jumlah penduduk terus bertambah.

"Sampah itu, disenangi atau tidak, pasti akan terus ada. Jumlahnya pasti bertambah banyak seiring dengan pertambahan penduduk. Kalau diolah, itu sangat bagus. Itu TPA masa depan," kata politisi PAN itu.

Rencana pembangunan pabrik pengolahan sampah memang tidak mulus seperti yang diharapkan. Warga Kelurahan Arjowinangun beberapa waktu lalu menyatakan penolakannya. Alasan warga, pabrik bakal memunculkan polusi udara (bau), polusi air, dan memunculkan pemandangan tidak sedap.

Tohir menilai, ketegasan dia untuk setuju pabrik pengolahan sampah karena alasan keberatan yang diajukan warga bisa diminimalisir. Investor yang mengadopsi sistem dari Swedia itu menjamin tidak ada bau. Polusi air juga dijamin tidak ada karena bakal diolah menjadi air bersih. Sedang pemandangan tidak sedap akan dihilangkan dengan menutup semua kompleks pabrik tersebut.

Jaminan investor terhadap minimnya polusi itu, menurut Tohir, karena sampah yang masuk akan dijadikan kompos. Dalam proses pengomposan, gas yang dihasilkan bukan lagi gas berbau. Semua unsur sampah akan berubah dalam sebuah reaksi kimia. "Mungkin ini yang kurang dipahami masyarakat. Toh kalau masyarakat tetap khawatir, investor berani memberikan garansi. Menurut saya, sebaiknya diberikan kesempatan dulu. Jangan buru-buru ditolak," katanya.

Sementara, Joko Munari, kabid pengelolaan sampah dinas kebersihan, mengatakan, dia berharap banyak dengan realisasi proyek tersebut. Sebab secara tidak langsung, pabrik pembuat pupuk kompos tersebut akan mereduksi sampah yang setiap hari masuk ke TPA Supit Urang.

Per hari ada 800 meter kubik sampah yang masuk ke TPA. Kalau tidak mulai saat ini dicarikan solusi alternatif, maka persoalan sampah akan menjadi persoalan serius. "Mungkin sekarang TPA masih belum penuh sehingga semua sampah bisa ditampung. Kalau nanti penuh, mau dibuang ke mana. Itu yang membuat kami sangat ingin ada pabrik di Kota Malang," ungkap mantan kabag humas ini. (yos)

Dua Tahun Baru 22 Unit

Radar Malang, Sabtu 6 Januari 2007

Rumah Sederhana PNS Ditarget April 2007
MALANG - Pengadaan perumahan bagi PNS Kota Malang golongan I dan II belum secepat yang diharapkan. Hingga Januari 2007, program yang diawali tahun 2005 itu hanya bisa menyediakan rumah tipe 39 sebanyak 22 unit dari seharusnya 666 unit. Lokasinya pun masih terbatas di Kelurahan Lesanpuro, Kecamatan Kedungkadang. Sementara, pembangunan fisik di lima lokasi lainnya sama sekali belum tersentuh. Kelima lokasi itu adalah Kelurahan Karangbesuki, Tlogowaru, Tlogomas, Bandulan, dan Bandungrejosari.

Kabid Fisik dan Prasarana Bappeko Kota Malang Djarot E. Sulistyono mengatakan, pihaknya sebenarnya lebih menginginkan pembangunan berjalan cepat. Kalau bisa dalam dua tahun lagi enam lokasi yang akan digunakan sebagai perumahan itu sudah terbangun. Dengan begitu, para PNS golongan terendah tidak terlalu lama menunggu jatah rumah.

"Kalau mendengar harapan rekan-rekan golongan I dan II, kami inginnya cepat saja. Oleh karena itu kami selalu evaluasi dan berupaya mempercepat proses pembangunan," ujar Djarot di ruang kerjanya, kemarin.

Siapa yang bisa mempercepat program tersebut? Djarot mengatakan pengembang yang memiliki peran dalam percepatan pembangunan RSH. Posisi pengembang adalah membangun rumah di atas tanah yang dikuasai pemkot. Enam lokasi yang diperuntukkan bagi RSH khusus PNS itu semuanya adalah tanah milik pemkot.

Menurut Djarot, dalam membangun RSH, pengembang menggunakan dana pinjaman dari bank. Agunannya adalah sertifikat tanah pemkot dan legalitas dari pemkot untuk memotong gaji PNS yang mendapat jatah rumah. "Sebenarnya kalau dilihat secara sederhana seperti itu, pembangunan harusnya berjalan cepat," kata pria ramah ini.

Apa langkah pemkot dalam mempercepat pembangunan RSH khusus PNS? Djarot mengatakan, saat ini pemkot telah menarget 202 unit selesai hingga April 2007. Semuanya berlokasi di Kelurahan Lesanpuro. Pengembang diharapkan bisa menyelesaikan semuanya pada bulan keempat itu. Ditentukan April 2007 karena masa kontrak dengan pengembang berakhir April. "Kalau tidak terpenuhi, kami adakan evaluasi. Kalau bisa hingga April 2007, Kelurahan Lesanpuro harus beres," kata pria asli Probolinggo ini.

Tentang harga jual RSH yang hanya sekitar Rp 36 juta, Djarot juga mengaku akan dimasukkan dalam evaluasi April 2007 nanti. Kalau memang harga itu masih layak, pihaknya akan tetap mempertahankan. Kalau harus dinaikkan, juga akan melalui kajian. "Kalau pengembang tidak mau, ya kami bisa mencari pengembang lain. Sebab RSH tidak bisa dijual terlalu mahal. Rekan PNS golongan terendah akan keberatan."

Sementara, Nurwakhit, anggota komisi C DPRD Kota Malang, sejalan dengan semangat bappeko untuk mempercepat pembangunan RSH bagi PNS golongan terendah. Menurutnya, kepastian akan pembangunan RSH menjadi salah satu pegangan PNS tersebut untuk meneruskan kontrakan atau tidak. "Kalau bisa memang cepat. Mereka (PNS) selalu menunggu. Nanti kalau ada yang keburu pensiun malah tidak kebagian," kata politisi PKB tersebut.

Sekadar mengingatkan, program yang dahulu dikenal dengan seribu rumah bagi PNS golongan I dan II itu sempat macet. Itu karena tidak adanya dana untuk pembangunan infrastruktur. Antara lain dana pembuatan jalan menuju perumahan tersebut, dana pemasangan tiang PLN, serta dana untuk pengadaan air bersih. Untuk mendorong kembali pembangunan, APBD 2006 telah menyuntik dana Rp 700 juta. (yos)

Empat Mahasiswa Unibraw Terpilih sebagai Duta Misi Perdamaian Dunia

Radar Malang, Sabtu 6 Januari 2007

Kupas Teroris, Janji Bawa Misi Budaya Bangsa
Pertengahan Februari mendatang, empat mahasiswa Unibraw akan terbang ke Wales, Inggris, mengikuti serangkaian kegiatan yang digelar Daniel Braden Reconsiliation. Bersama delegasi negara-negara Asia dan Eropa lainnya, mereka akan membahas isu terorisme yang kini sedang mendunia. Bagaimana persiapan mereka?

Neny Fitrin, Malang
---

Ekstra sibuk. Itulah yang mewarnai kehidupan empat mahasiswa Unibraw setelah terpilih mewakili Indonesia dalam misi perdamaian dunia yang dihelat Daniel Braden Reconsiliation. Daniel Braden Reconsiliation adalah sebuah lembaga yang mengusung misi perdamaian dunia di bawah Yayasan Encompass.

Daniel Braden Reconsiliation sendiri merupakan salah satu nama yang diambil dari korban bom Bali 2002 lalu. Sehingga, tak heran jika diskusi yang akan digelar di sana fokus pada persoalan terorisme. Selain Indonesia, beberapa negara lain yang terlibat dalam ajang itu di antaranya Amerika Serikat dan Palestina.

Berbicara soal kesibukan menjelang kepergian ini, mereka benar-benar tampak sibuk. Bahkan, di tengah kesibukan jadwal kuliah, Aulia Akbar (Teknik Sipil 2004), Tantri W. (Sastra Inggris 2006), Rizaldy Iskandar (Teknik Sipil 2002), dan Imam Afandi (Statistik 2005), berusaha tetap kompak mempersiapkan diri sebelum terbang ke negari Ratu Elizabeth itu.

"Kami menilai ini bukan hal sederhana. Karena kami menjadi duta Indonesia yang mengembangkan misi khusus. Yakni, misi perdamaian dunia dan yang agak berat, selama di Wales semua kegiatan dikemas dalam kegiatan outbond," ungkap Aulia.

Tak heran jika waktu yang tersisa satu bulan terakhir ini mereka gunakan dengan sangat maksimal. Training outbond dan persiapan fisik kini menjadi menjadi menu utama mereka. Selain itu, mereka juga selalu terlibat dalam latihan diskusi yang mengupas tentang isu terorisme yang selama ini terjadi di berbagai kawasan dunia. Tentu saja, bukan hanya isu teroris saja yang akan dikupas, sebab masih banyak hal lain yang akan mewarnai pertemuan delegasi-delegasi perdamaian dunia itu. Salah satunya masalah kebudayaan. "Meski berat, ini adalah kesempatan kami untuk mendengar langsung suara dunia tentang fenomena terorisme yang selama ini terjadi di dunia," kata mahasiswa semester V itu.

Apalagi, sebelum terjaring dalam empat besar ini, mereka harus melalui proses rekruitmen yang dibentang dalam lima tahapan. Tahap awal, mereka harus mengumpulkan esai tentang kontroversi kedatangan Bush ke Indonesia dan invasi Amerika ke Iraq. Esai terpilih diumumkan 7 Desember 2006 lalu.

Dari hasil esai itu pula akhirnya terjaring 20 orang yang berhak untuk mengikuti tahap selanjutnya, yakni interview, presentasi budaya, dan fisik. Dari tahapan ini pun, 20 peserta yang terseleksi tadi diambil lagi menjadi 8 orang. Terakhir, 8 orang terpilih tersebut kemudian di-interview oleh perwakilan dari Encompass Indonesia yang kemudian menyisakan 4 orang peserta dan berhak berangkat ke Wales. "Interview tersebut dilakukan 26 Desember 2006 lalu, pada hari itu juga kami mendapatkan SMS terpilih tidaknya," tambah Tantri.

Apalagi, yang menjadi penilian utama adalah kemampuan bahasa Inggris serta wawasan dan kemampuan berpendapat. Selain itu, Yayasan Encompass juga menilai dari segi personalitas dan kemampuan analisis. Tim penilai outbond berasal dari alumni outbond dan dosen Sastra Inggris Unibraw. Salah satu penilai, adalah Febri Satria Hutama, mahasiswa Unibraw yang juga wakil Indonesia di ajang ini tahun lalu.

Dalam penilaian ini, keempatnya dites mengungkapkan pendapat mereka pada kasus yang berhubungan dengan konflik Timur Tengah. "Penilaian itu ditujukan untuk mendapat gambaran orang Indonesia, jadi mereka harus mampu untuk mempertahankan pendapatnya," tegas Tantri.

Peserta yang mengambil sikap netral biasanya malah akan cepat terdepak. Pasalnya, selama berada di sana, nantinya mereka akan banyak dihadapkan pada persoalan-persoalan dunia. Selain outbond kegiatan yang akan sering dilakukan adalah diskusi.

Meski telah terpilih, hingga kemarin, Aulia sendiri mengungkapkan belum percaya jika terpilih sebagai delegasi Indonesia. Apalagi, tahun sebelumnya dia juga pernah ikut seleksi tapi gagal pada salah satu sesi. "Selain persiapan fisik dan pengetahuan, kami juga sedang menyelesaikan persiapan administrasi, dalam hal ini pengurusan paspor dan visa," tandas mahasiswa asal Banjarmasin itu.

Pada angkatan kelima ini, mereka mengemban tugas khusus. Yakni, diwajibkan untuk mengumpulkan foto yang menggambarkan keadaan negara dan kehidupan keluarga di Indonesia. Hasil foto tersebut kemudian akan dilelang. "Kami sangat berharap, lewat momen berharga ini, dunia akan tahu bagaimana sebenarnya pendapat mereka tentang terorisme yang selama ini selalu menjadi bahan diskusi hangat karena efeknya sangat merugikan dunia," pungkasnya. (*)

Monday, January 08, 2007

Reses, Didik Tampung Aspirasi Anggota Dewan

Radar Malang, Jumat 5 Januari 2007

Juga Minta Serbuan Supermarket Dibatasi
MALANG - Anggota DPRD Kota Malang tak mau menyia-nyiakan kedatangan Ketua Komisi VI bidang perindustrian dan perdagangan DPR RI Didik J. Rachbini yang melakukan reses ke gedung DPRD Kota Malang, kemarin. Para wakil rakyat Kota Malang ini mengutarakan semua uneg-uneg-nya terkait dengan kendala-kendala pembangunan yang ada di kota pendidikan tersebut.

Mulai dari banyaknya hambatan dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur, minimnya perhatian untuk meningkatkan pemberdayaan usaha kecil menengah, tumpang tindihnya peraturan perundang-undangan hingga ke persoalan poligami.

Salah satu anggota DPRD Kota Malang yang mempertanyakan masalah poligami adalah Sri Rahayu. Menurutnya, saat ini anggota DPR RI kurang pekerjaan. Ini bisa dilihat dari pekerjaan anggota dewan yang tidak sesuai dengan subtansi. Misalnya dengan rencana membahas masalah poligami dalam peraturan perundang-undangan.

Menurutnya, poligami tidak perlu lagi diatur dalam produk hukum khusus seperti UU Poligami. Karena poligami itu sudah diatur dalam undang-undang perkawinan dan juga sudah diatur dalam agama. "Mengapa harus membahas UU yang nantinya akan menimbulkan pro dan kontra. Tolong sampaikan aspirasi kami melalui fraksi Anda di DPR RI, masih banyak pekerjaan lainnya yang ditunggu masyarakat Indonesia," pinta Yayuk, panggilan akrab Sri Rahayu.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Didik menjawabnya dengan setengah bercanda. "Memang ada benarnya kalau poligami tidak usah dibahas, tapi dilaksanakan saja," canda Didik.

Politisi dari PAN tersebut menuturkan, pembangunan di Kota Malang berdasarkan pengamatannya termasuk cukup baik jika dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Jika pun ada hambatan dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur, Pemkot Malang bisa meminta tambahan dana ke pemerintah pusat.

Termasuk juga dalam mengentas masalah kemiskinan. Menurutnya, masalah kemiskinan yang ada di Kota Malang harus ditanggung secara bersama-sama antara pemkot, pemerintah provinsi, dan pemerintah pusat.

Khusus mengenai pemberdayaan UKM, utamanya pedagang pasar, Didik menyarankan agar Pemkot Malang melindungi keberadaan pasar tradisional. Caranya dengan membuat perda yang membatasi minimarket melalui perda rencana tata ruang wilayah (RTRW). (fir)

Kisah Pilu Keluarga Korban Penumpang Adam Air

Radar Malang, Jumat 5 Januari 2007

Halo...Halo...Halo, Suara HP Itu pun Terputus
Sudah tiga hari berselang, pesawat Adam Air KI 574 rute Surabaya-Manado tak kunjung ditemukan. Customer Service XL Center Made Dwi Diastari, 24, dan mantan Kepala KCP BRI Lawang F.A Sudaryanto yang menjadi salah satu penumpang pesawat nahas itu juga belum diketahui rimbanya. Apa yang dilakukan rekan kerja dan kerabat para korban?

Yosi Arbianto, MALANG
----

Sonny Suryawan, pimpinan cabang XL Centre, Jl Letjen Sutoyo kemarin sore sibuk membuka e-mail. E-mail yang dibukanya berasal dari media corporate communication. Surat elektronik dari seluruh Indonesia itu berdatangan dalam hitungan detik. "Belum ada perkembagan apapun soal hilangnya pesawat Adam Air KI 574, termasuk Dias, salah seorang rekan kami yang hendak berlibur ke Manado," kata pria berkaca mata tersebut.

Sonny terus saja sibuk melihat e-mail. Dia berharap ada kabar terbaru dari tim XL Care yang ada di Makasar. "Untuk saat ini, kami tidak mau sedih. Saya juga mencoba menguatkan rekan-rekan Dias untuk tidak menangis dan sedih. Sebab masih belum ada kabar dan pesawat memang belum ditemukan," sambung Sonny.

Terkait dengan hilangnya Dias, pihak XL di Makasar memang segera membentuk tim pencari. Tim tersebut ikut terjun ke lapangan mencari wanita 24 tahun itu. Sercara rutin, tim di lapangan tersebut mengirim kabar ke media corporate communication. "Jadi kami tahu perkembangan terbaru. Sebab ada tim kami yang ada di lokasi pencarian," ungkap Sonny.

Siang harinya, delapan orang rekan Dias berinisiatif untuk mengunjungi pihak keluarga di Mojokerto. Keluarga Dias tepatnya bermukim di Perum Binamarga 35 I Jampirogo, Kecamatan Soko, Mojokerto. Tujuan mereka ingin memberikan dukungan moral. "Mereka ke sana bukan takziah. Namun sebatas memberikan dukungan moral. Agar semua pihak berdoa untuk keselamatannya dan keluarga bisa kuat," tambahnya.

Sementara, Erli, salah seorang rekan Dias, adalah salah satu rekan kerja yang terakhir kali bertemu dengan alumnus MIPA Unibraw itu. Dihubungi via telepon, dia sedang berada di kendaraan menuju Mojokerto. Sore kemarin kendaraan yang mereka tumpangi sudah masuk Mojokerto. Namun pengemudi sedang mencari lokasi kediaman keluarga Dias. "Ini baru masuk Mojokerto. Kami delapan orang," kata Erli.

Sabtu (30/12) lalu, dia dan Dias berdua melayani customer yang hendak membayar tagihan atau melakukan migrasi kartu. Pukul 15.00, pekerjaan mereka usai. Keduanya memutuskan untuk menunda pulang karena turun hujan deras.

Saat itu, Erli pun mengajak ngobrol banyak hal berkaitan dengan rencana liburan Dias ke Manado. Mulai dengan siapa Dias berangkat, sampai oleh-oleh yang diminta rekan-rekannya. "Saya berangkat ke Manado bersama adikku Pradina Komang. Om saya yang ngundang ke Manado," kata Erli mengulangi perkataan Dias waktu itu.

Bahan obrolan mereka juga menyangkut keragu-raguan Dias ketika hendak berangkat. Dia ragu karena Adam Air ternyata menunda perjalanan ke Manado sehari. Seharusnya berangkat Minggu, ditunda Senin. Dengan penundaan tersebut, otomatis waktu liburannya lebih sempit. Dia berangkat tanggal 1 Januari dan harus tiba kembali di Malang tanggal 4 Januari. Sebab tanggal 5 Januari dia harus masuk kerja lagi.

"Baru pukul 18.00, kami pulang. Saat itu tidak ada yang aneh. Ya dia kami sarankan untuk berangkat saja. Toh ini kan liburan pertamanya ke Manado. Untuk semua yang kenal atau tidak kenal, kami mohon doa untuk keselamatannya," pinta Erli lirih.

Sementara, satu orang lagi warga Kota Malang diidentifikasi menjadi penumpang pesawat Adam Air KI 574 jurusan Surabaya-Manado yang diperkirakan hilang di kawasan Sulawesi Barat. Dia adalah F.A Sudaryanto, mantan Kepala Kantor Cabang Pembantu BRI Lawang. Sekitar empat bulan lalu, Sudaryanto telah pindah tugas ke BRI Kanwil Manado. Dia memimpin KCP BRI Lawang kurang lebih empat tahun.

Informasi yang dihimpun, mulai dua minggu lalu, Sudaryanto, istrinya dan anak tunggalnya serta beberapa keponakannya bermukim di sebuah rumah di Jl Nusa Indah Atas Nomor 26 Kota Malang. Hingga kemarin pihak keluarga yang tinggal di rumah bercat putih itu membatasi informasi dan tidak memberikan izin untuk mengambil foto Sudaryanto keluarganya.

Kerabat Sudaryanto membenarkan bahwa pria yang dikenal humoris ketika bertugas di Lawang itu termasuk penumpang Adam Air KI 574. "Mohon maaf Mas. Keluarga kami dalam kondisi shock. Jadi kami tidak bisa melayani wartawan. Kalau hanya mengambil foto rumah kami perbolehkan. Ya Pak Daryanto termasuk salah seorang penumpang pesawat yang hilang itu," kata Melanie, salah satu keponakan Sudaryanto yang kemarin hanya melongokkan kepala dari balik jeruji pagar.

Sehari sebelumnya, beberapa mantan rekan kerja Sudaryanto berkunjung ke rumah tersebut. Tetangga dan rekan gereja juga berkunjung. Namun, keluarga Sudaryanto terlihat selektif memasukkan tamu yang hendak berkunjung.

Beberapa tetangga yang tidak mau disebut namanya mengatakan, Sudaryanto pulang ke Malang saat merayakan Natal dan Tahun Baru 2007 bersama istri dan anaknya. Sebelumnya, keluarga itu tinggal di Jl Ngantang. Baru dua minggu lalu mengontrak rumah di rumahnya sekarang.

Senin (1/01) pagi, Sudaryanto berangkat bersama salah seorang kakak perempuannya ke Juanda. Kakak perempuannya akan ke Magetan. Sedang Sudaryanto ke Manado. Dengan kondisi tergesa-gesa, Sudaryanto pun lupa membawa ponsel. Sehingga, dia berangkat ke Manado tanpa membawa ponsel.

"Kata istrinya, HP Pak Sudaryanto ketinggalan. Namun Pak Sudaryanto katanya sempat menelpon HP-nya dengan HP rekan sesama penumpang. Namun yang terdengar hanya halo.. halo," kata lelaki paruh baya tersebut.

Ny Sudaryanto saat ini dalam kondisi shock dan sedih. Wanita yang berusia sekitar 45 tahun itu meratapi nasib suaminya. Maklum, sehari sebelumnya, keluarga itu bergembira merayakan Natal dan Tahun Baru bersama. Anak perempuannya, Ika bersama salah seorang kerabatnya saat ini telah berada di Makasar. Mereka bermaksud mengidentifikasi para korban yang masih dalam pencarian. (*)

Kondisi Pasar Tradisional di Bawah Standar Kelayakan

Radar Malang, Jumat 5 Januari 2007

MALANG - Rasa nyaman hampir tak bisa didapati masyarakat Kota Malang saat berbelanja di pasar-pasar tradisional. Apalagi jika masyarakat berbelanja di enam pasar tradisional yang masuk kategori di bawah standar kelayakan.

Rata-rata, pasar yang tidak layak itu sangat buruk kondisinya. Kebersihan memprihatinkan, bau busuk menyengat ke mana-mana. Praktis, masyarakat yang menginjakkan kaki di pasar tersebut dipaksa tutup hidung rapat-rapat. Keamanannya juga membuat membuat masyarakat waswas.

Anggota Komisi C DPRD Kota Malang Mohan Katelu mengatakan, hampir semua pasar di Kota Malang bisa dikatakan tidak layak kebersihannya. Namun, pasar yang paling parah kondisi kebersihannya adalah Pasar Kebalen, Pasar Induk Gadang, Pasar Mergan, Pasar Lesanpuro, dan Pasar Blimbing.

Selain itu, penataannya juga semrawut sehingga menimbulkan kesan kumuh. "Itu karena pedagang berjualan di luar pasar. Sedangkan pasarnya sendiri tidak digunakan. Hal tersebut bisa kita lihat di Pasar Kebalen dan Pasar Induk Gadang," ucap Mohan.

Selain itu, tingkat keamanan dan banyaknya preman di pasar-pasar tersebut menyebabkan masyarakat, baik pedagang atau pembeli menjadi resah. Termasuk juga tingkat kemacetan yang cukup tinggi untuk menuju ke pasar tersebut.

Politisi PAN tersebut menambahkan, satu pasar lainnya yang dianggap tidak layak tersebut adalah Pasar Comboran. Sebab, pasar tersebut mempunyai bentuk bangunan fisik yang memadai. "Hanya saja, pasar tersebut termasuk pasar mati. Karena pedagangnya sedikit dan tidak ada pembeli. Karena itu, Pasar Comboran tidak layak dikatakan sebagai pasar, sebab terlalu sepi," tandasnya.

Banyaknya pasar yang tidak layak tersebut diakui Kepala Dinas Pasar Kota Malang Mardioko. Ia menjelaskan, pasar-pasar di bawah standar tersebut, keadaannya atau kondisinya berada di bawah pasar-pasar tradisional lainnya. "Pasar Kebalen atau Pasar Induk Gadang sudah tidak sesuai dengan standar Kota Malang," kata Koko, panggilan akrab Mardioko.

Ketidaklayakan pasar tersebut, membuat kuantitas pedagang berkurang. Dengan berkurangnya jumlah pedagang otomatis kuantitas dan kualitas transaksi juga mengalami kekurangan. Ironisnya lagi, ketidaklayakan pasar tradisional tersebut dibarengi dengan menjamurnya minimarket.

Apalagi, keberadaan minimarket tersebut sangat berdekatan dengan pasar tradisional. Ia mencontohkan Pasar Dinoyo saat ini sedang diapit dua minimarket yang mempunyai jaringan nasional. Begitupula dengan pasar-pasar lainnya.

Dua faktor itulah yang membuat pasar tradisional semakin tahun mengalami penyusutan pedagang. "Penyusutan pedagang sudah mulai terasa. Namun, data pastinya saya masih belum tahu, nanti kami akan melakukan pendataan," tambahnya.

Diterangkannya, selama dua tahun ini, dirinya sebagai kepala dinas pasar sering mendapatkan keluhan dari pedagang pasar tentang banyaknya minimarket yang berdekatan dengan pasar tradisional. Menurutnya, kondisi yang dihadapi pedagang pasar tradisional Kota Malang ini tidak jauh berbeda dengan pedagang pasar tradisional yang ada di kota-kota lainnya.

Mantan kepala Bawasda ini menyebutkan, minimarket mempunyai banyak kelebihan jika dibandingkan pasar tradisional, yakni tingkat kebersihan dan kenyamannya serta harga-harganya lebih murah jika dibandingkan dengan pasar tradisional. "Hanya saja, pasar tradisional mempunyai pangsa pasar sendiri, yakni masyarakat yang ingin saling berinteraksi. Sebab, di pasar tradisional bisa terjadi saling tawar-menawar," sambungnya.

Untuk memulihkan pasar tradisional, dinas pasar saat ini sedang fokus pada peningkatan sarana dan prasarana, terutama dalam meningkatkan kebersihan. (fir)

Pedagang Keluhkan Keberadaan Supermarket

Radar Malang, Jumat 5 Januari 2007

Kurangi Kekumuhan, Tingkatkan Daya Saing
Tahap awal meningkatkan daya saing pasar adalah mengeliminasi kekumuhan. Kabag Lingkungan Hidup Pemkot Malang Suharyanto mengusulkan, untuk mengeliminasi kekumuhan, selain mengintensifkan petugas kebersihan, juga memperkuat sistem pengawasan.

Dia mengusulkan, untuk mengontrol masalah kebersihan di pasar tradisional, dilakukan pengawasan terpadu. Model pengawasan terpadu diberlakukan juga saat persiapan merebut Adipura tahun ini. "Pengawasan kebersihan hanya salah satu cara saja mengeliminasi kekumuhan. Tentunya mengajak partisipasi masyarakat juga menjadi pilihan cara yang harus dilakukan," kata Suharyanto.

Pengawasan terpadu adalah pengawasan dengan membentuk tim dari berbagai unit kerja. Mulai perekonomian, perindustrian, satpol PP, hingga dinas pasar sendiri. Setiap seminggu dua kali sepanjang tahun, tim tersebut keliling untuk melihat kebersihan semua pasar. Hasil yang didapat segera dievaluasi untuk kemudian dicarikan pemecahannya.

"Kerja tim tersebut jadi bahan untuk mencari solusi yang terbaik. Sebab semua pihak terlibat. Kalau akibat kekumuhan pasar tradisional kolaps, maka perekonomian yang kerjanya tidak maksimal. Jadi, semuanya terkait," kata Suharyanto.

Koordinator tim persiapan merebut Adipura 2007 ini melihat, pengawasan yang efektif, akan memberikan hasil yang memuaskan. Sebab rata-rata faktor lemahnya pengawasan yang membuat masalah tidak pernah tuntas. "Kita mulai dari pengawasan dahulu. Dari sini pasti nanti akan muncul solusi-solusi yang bisa mengubah wajah pasar tradisional," katanya. (yos)

Dana Fogging Rp 370 Juta

Radar Malang, 5 Januari 2007

Dinkes Diminta Cepat Tanggap DBD
MALANG - Ancaman demam berdarah dengue (DBD) yang ada di Kota Malang mulai diresahkan warga dan anggota dewan. Karena itu, Komisi D DPRD Kota Malang minta agar dinas kesehatan (dinkes) segera melakukan survei daerah-daerah yang termasuk kawasan endemis DBD. Setelah ditemukan adanya endemis, dinkes harus segera melakukan tindakan, misalnya dengan sesegera mungkin melakukan fogging.

Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Malang Pujianto menerangkan, pada ABD 2007 ini, pemkot telah menganggarkan dana khusus untuk kegiatan fogging. Besarannya sekitar Rp 370 juta.

Anggaran itu digunakan untuk penyemprotan sarang nyamuk yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan DBD 4 berbanding 100.000 ribu penduduk. Dana yang disediakan untuk penyemprotan tersebut dialokasikan sekitar Rp 260 juta. Sedang dana sebesar Rp 110 juta digunakan untuk pembelian bahan dan alat-alat fogging.

Menurut Pujianto, daerah seperti RW 4 Kelurahan Cemorokandang harus segera mendapatkan fogging. Sebab, di daerah itu sudah banyak masyarakat yang terkena DBD. "Daerah tersebut harus mendapatkan fogging, sebab yang menjadi korban DBD sudah banyak. Harus sesegera mungkin dilakukan fogging, sehingga korban tidak berjatuhan lagi," terang Pujianto.

Karena itu, dia minta pada dinkes untuk sesegera mungkin melakukan fogging jika menemukan kasus DBD seperti yang terjadi di Cemorokandang. Untuk diketahui, beberapa waktu lalu mayarakat Cemorokandang mengadu ke dewan mengenai banyaknya warga setempat yang terkena DBD. Hanya dalam waktu kurang dari sebulan, menurut pengaduan warga, ada sekitar 6 orang yang terkena DBD.

Pernyataan serupa juga dikeluarkan Sekretaris Komisi D DPRD Kota Malang Ahmad Taufiq Bambang DHT. Menurutnya, fogging bukan merupakan satu-satunya cara untuk mengantisipasi DBD. "Fogging itu mengandung racun, selain itu juga mengakibatkan kekebalan pada nyamuk. Namun, jika ada kasus seperti di Cemorokandang, maka dinkes harus segera melakukan fogging," terang Taufiq.

Selain mengantisipasi DBD, pemkot juga mengantisipasi beberapa penyakit menular yang disebabkan binatang. Total anggaran yang digunakan untuk program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular sebesar Rp 728 juta.

Sementara, Kepala Dinkes Kota Malang dr Enny Sekar Rengganingati mengatakan, dinkes akan melakukan fogging jika berdasarkan survei lapangan diketahui bahwa kawasan tersebut termasuk kawasan yang jumlah jentiknya banyak. "Begitu mendapatkan pengaduan dari masyarakat, kami langsung melakukan survei, yakni survei ke lokasi dan juga ke rumah sakit," papar Enny. (fir)

Empat Jalan Kampung Minta Diaspal

Radar Malang, Jumat 5 Januari 2007

MALANG - Masyarakat di sekitar lokasi pembangunan fly over A. Yani meminta pemkot memberikan kompensasi perbaikan jalan kampung. Sedikitnya empat jalan kampung mulai rusak karena sering dilewati kendaraan yang terjebak macet di sekitar lokasi pembangunan.

Menurut Nurwakhit, salah seorang anggota dewan dari dapil (daerah pemilihan) Blimbing, empat jalan yang kini mulai rusak adalah Jl Teluk Pelabuhan Ratu, Jl Teluk Cendrawasih, Jl Teluk Mandar, dan Jl Teluk Etna. Empat jalan kampung tersebut diperkirakan sepanjang lebih dari dua kilometer. Jalan-jalan itu sering digunakan sebagai jalan alternatif menghindari kemacetan.

"Truk kadang juga masuk melintasi jalan ini. Wajar kalau warga meminta ada perhatian untuk kondisi empat jalan ini. Warga mintanya aspalnya diperbaiki atau diperhalus," kata politisi PKB tersebut.

Menurutnya, kendaraan yang berasal dari utara biasanya macet sebelum mencapai pertigaan Jl A. Yani-Jl Raden Intan. Banyak kendaraan, baik roda dua maupun roda empat yang memilih untuk belok kiri dan melintas di perkampungan. Jalan kampung itu berujung di seputar Terminal Arjosari

"Jalannya memang memutar. Namun dibanding menunggu terurainya kemacetan, melintasi jalan kampung memerlukan waktu relatif cepat," kata Nurwakhit.

Selain empat jalan tersebut, pria berkumis ini juga meminta pemkot untuk mengaspal bahu jalan A. Yani. Dengan pengaspalan bahu jalan, maka ada ruang lebih besar untuk kendaraan yang melintasi pinggir lokasi pembangunan fly over.

Saat ini, bahu jalan A. Yani belum diaspal. Sehingga laju kendaraan yang hendak melintas di pinggir lokasi pembangunan agak terhambat. Mereka tidak bisa berjalan cepat karena jalanan bergelombang. "Kalau bisa memang diaspal bahu jalan itu. Sehingga saat menunggu 18 bulan, jalanan tidak terus macet. Kasihan Pak Polisi itu," ujar anggota komisi C ini.

Di tempat terpisah, Plt Kadis Kimprawil Hadi Santoso mengatakan, perbaikan jalan kampung di sekitar lokasi fly over masuk dalam paket pengerjaan proyek senilai Rp 70 miliar itu. Termasuk juga memperkeras sementara bahu jalan A. Yani untuk memperlancar arus lalu lintas.

"Ya itu masuk paket pengerjaan. Jalan-jalan yang memang dijasikan alternatif oleh pengguna jalan nanti akan kami aspal," kata pria yang akrab disapa Soni tersebut.

Namun, untuk pelaksanaannya dilakukan usai musim penghujan. Sebab saat musim hujan, pengaspalan yang dilakukan tidak memberikan hasil yang baik. Jalanan yang baru diaspal akan mudah rusak terkena air hujan. "Sepanjang penilaian kami jalan kampung memang dijadikan jalan alternatif dan sering dilintasi kendaraan, aspalnya nanti diperbaiki," tandas Soni. (yos)

Rawan Tsunami, Pemkab Siap-Siap

Radar Malang, Jumat 5 Januari 2007

MALANG - Pemkab Malang mulai mengantisipasi jatuhnya banyak korban jika bencana tsunami benar-benar menerjang wilayah Malang Selatan. Salah satu langkahnya adalah dengan menggelar simulasi. "Simulasi ini juga menyiapkan masyarakat terhadap langkah-langkah yang perlu dilaksanakan jika tsunami benar-benar terjadi," kata Kepala Kesbanglinmas Pemkab Malang AM Sulistyadi di pendapa, kemarin.

Simulasi yang bakal digelar 10-11 Januari mendatang ini akan dilakukan di Desa Pujiharjo, Kecamatan Tirtoyudo. Dipilihnya Desa Pujiharjo karena berdekatan dengan pinggir pantai selatan. Artinya apabila nanti ada bencana gelombang tsunami datang, tentunya warga yang berada di pinggir pantai akan menjadi korban pertama kali.

Pria yang karib disapa Sulis ini mengatakan, selain di Desa Pujiharjo, daerah kabupaten yang rawan bencana alam tsunami ada 18 desa yang tersebar di 6 kecamatan. Ke-6 kecamatan tersebut antara lain Dampit, Sumbermanjing Wetan, Donomulyo, Tirtoyudo, Ampelgading dan Gedangan.

Sulis menjelaskan, simulasi ini nantinya akan melibatkan pelatih tim SAR Malang Selatan Rescue (MSR), TNI, Kepolisian, PMI, dinkes dan pejabat kecamatan. "Dari simulasi ini nanti peserta simulasi dari desa terkait akan menjadi bagian dari tim regu desa dalam menyelamatkan korban akibat bencana," tuturnya.

Apa saja materinya? Sulis mengatakan, peserta simulasi ini akan mendapatkan materi terkait tindakan apa yang diambil ketika terjadi bencana tsunami, mengevakuasi, mendirikan tenda tempat pengungsi hingga pemberian pertolongan pertama bagi korban bencana.

Sementara itu, Ketua MSR Bambang Siswanto mengatakan, pihaknya siap membantu kesbanglinmas dalam menggelar simulasi bencana tsunami. Sebab program ini sangat bermanfaat bagi nelayan yang rumahnya berada di pinggir pantai. Paling tidak, dengan simulasi ini nelayan bisa mengambil tindakan penyelamatan untuk dirinya sendiri.

Bambang menjelaskan, MSR selama musim penghujan ini selalu melakukan pemantauan di beberapa kecamatan yang dianggap rawan bencana baik tsunami, longsor dan banjir. Pemantauan ini dilakukan dengan mengembangkan jaringan di 7 kecamatan yang berada di kawasan Malang selatan. Ke-7 kecamatan tersebut Dampit, Sumbermanjing Wetan, Donomulyo, Tirtoyudo, Ampelgading, Gedangan dan Turen. "Jaringan ini diberi nama dengan radio antar penduduk Indonesia (RAPI)," terang anggota komisi B DPRD kabupaten ini. (gus)

Takmir Prihatin Ramalan 2007

Radar Malang, Jumat 5 Januari 2007

MALANG - Takmir Masjid Jamik Kota Malang menyerukan umat Islam menahan diri dan tidak mempercayai tayangan ramalan di media elektronik yang sedang marak di awal 2007 ini. Masyarakat juga diharapkan tidak terpukau dengan hasil ramalan yang sebenarnya tidak dapat diterima oleh akidah umat Islam.

Ramalan yang saat ini marak adalah ramalan tentang masa depan Indonesia 2007. Banyak peramal kartu tarot atau paranormal memprediksi bakal banyak bencana di tahun babi emas. Selain itu, para peramal juga berani memvonis masa depan bisnis bakal suram. "Ramalan-ramalan itu bakal melahirkan kecemasan, kekhawatiran, dan kegelisahan. Bukan tidak mungkin akan menimbulkan sifat apatisme dan pesimisme yang berujung pada putus asa.," kata Ketua I Takmir Masjid Jamik Kamilun Muhtadin, kemarin.

Untuk ramalan positif, Kamilun menegaskan sebaiknya juga tidak usah didengar. Sebab kondisi yang diprediksikan itu belum tentu benar. Bisa juga malah terjadi sebaliknya.

Dikatakan Kamilun, berdasarkan Surat Al Maidah ayat 9 dan sabda Nabi Muhammad, telah ditegaskan bahwa manusia tidak akan pernah bisa mengetahui apa yang terjadi esok hari. "Kalau sehari saja tidak bisa, bagaimana mungkin bisa mengetahui satu tahun ke depan," kata Ketua I PC NU Kota Malang itu.

Kamilun pun berharap agar orang tua bisa menjaga anak-anaknya dari tayangan-tayangan menyesatkan tersebut. Dengan begitu, mereka tidak tergeser ke hal-hal yang musyrik dan fasik. Langkah yang rasional mengevaluasi diri atas apa yang telah dilakukan tahun sebelumnya. Kalau saat ini sering terjadi bencana misalnya kapal tenggelam, banjir atau pesawat hilang, maka itu semua dilihat sebagai sebuah ujian atau musibah.

"Jalan satu-satunya adalah memohon pertolongan kepada Yang Maha Kuasa. Karena musibah yang terjadi di muka bumi ini penyebabnya adalah manusia sendiri," tegas Kamilun. (yos)

Rehab 100 Sekolah Telan Rp 12 M

Radar Malang, 5 Januari 2007

Juga Dianggarkan Penambahan Ruang Kelas Baru
MALANG - Program pembenahan ruangan sekolah rusak TK, SD, SMP, dan SMA Kota Malang yang mencapai 1.250 ruang tampaknya tidak akan tuntas 2007 ini. Pasalnya, hanya 100 ruang saja yang diagendakan untuk direhab. Sedangkan sisanya, 1.150 sekolah belum bisa dipastikan pembangunannya.

Padahal, total anggaran pendidikan yang bersumber dari APBD Rp 47.394.626.700 Kota Malang tahun 2007 ada tiga pos yang mengatur pembenahan sekaligus penambahan ruang kelas sekolah. Dua pos di antaranya masuk dalam anggaran dikdas 9 tahun, yakni pos penambahan ruang kelas (dana pendamping) yang mencapai Rp 7 miliar dan pos pemeliharaan rutin atau berkala ruang kelas sekolah Rp 3,7 miliar. Sedangkan pada pos pendidikan menengah atau SMA untuk pemeliharaan rutin ruang sekolah (dana pendamping) dianggarkan Rp 1,5 miliar. Jika ditotal, maka dana untuk pembenahan dan perbaikan ruang kelas yang rusak mencapai Rp 12,2 miliar.

Disinggung soal itu, Plh Diknas Kota Malang Dra Siti Masruroh mengungkapkan, untuk 2007 ini diknas memang hanya menargetkan 100 ruang kelas sekolah untuk diperbaiki. Perbaikan itu, kata dia, diprioritaskan untuk ruang-ruang kelas yang mengalami rusak berat yang jumlahnya mencapai 20 persen dari total 1.250 ruang kelas yang rusak. "Secara rinci saya kurang paham karena hanya sementara menggantikan Pak Shofwan (Kadis Diknas Drs Shofwan Msi). Sebaiknya untuk kejelasan lebih lanjut menunggu Pak Shofwan datang dari ibadah haji," ucap Titik, sapaan akrab Siti Masruroh.

Yang pasti, kata dia, alokasi dana itu sudah diatur sedemikian rupa. Bahkan, bisa jadi dana tersebut masih bisa bertambah dari pos yang lain. Misalnya, dari DAK ataupun block grant Depdiknas. Untuk tahap pertama, rehab sekolah rusak memang diprioritaskan untuk kategori rusak berat, sedangkan kategori rusak sedang dan ringan menyusul tahun berikutnya. "Sekolah-sekolah rusak berat ini kebanyakan di daerah pinggiran. Salah satunya Kedungkandang," tandasnya. (nen)