Thursday, October 19, 2006

Konsumen Masih Takut Gunakan Air Siap Minum

Jawa Pos - Radar Malang, Rabu 18 Oktober 2006

MALANG - PDAM Kota Malang menarget kenaikan pelanggan air siap minum (asinum) mencapai 20 persen pada 2007 mendatang. Yakni dari 18.000 sambungan menjadi 21.600 sambungan. Keunggulan asinum ini, selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, air dari kran bisa langsung dikonsumsi tanpa dimasak.

Sejumlah 18.000 pelanggan asinum yang ada saat ini tersebar di PBI, Mojolangu, seputar jalan ikan-ikanan, Griyashanta, sumpil, dan sebagian jalan bunga-bungaan. "Kami terus berupaya meluaskan jaringan pipa asinum. Dengan begitu, masyarakat tidak lagi membutuhkan kompor atau membeli air kemasan untuk minum. Cukup minum melalui kran saja," tandas Heryadi Santoso, direktur utama PDAM Kota Malang, kemarin.

Tentang kebijakan harga, PDAM menetapkan, untuk sementara, harga asinum sama dengan harga air PDAM non asinum. Yakni sebesar Rp 1.300 per meter kubik air. PDAM belum merencanakan kenaikan untuk asinum tersebut.

Apakah rata-rata pelanggan sudah berani meminum langsung asinum dari kran? Bambang Purdjito, direktur teknik PDAM Kota Malang, mengakui, masyarakat masih khawatir. Jarang di antara pelanggan yang meminum langsung air PDAM dari kran. Mereka khawatir akan kebersihan, kesehatan, dan kelayakan asinum.

"Memang banyak yang khawatir. Maklum, bertahun-tahun lamanya masyarakat diberikan pandangan bahwa air minum harus dimasak terlebih dulu. Setelah itu mereka bakal yakin air yang diminum layak," tandasnya.

Secara proses, asinum telah melalui pemrosesan air yang membuatnya layak langsung dikonsumsi. Proses pertama adalah pengendapan. Proses ini dilakukan setelah air dipompa keluar dari mata air. Proses pengendapan dilanjutkan dengan penyaringan. Kemudian, air dipompa ke tandon-tandon yang menyebar di seluruh pelosok Kota Malang.

Setelah kedua proses itu berjalan, proses ketiga adalah pembunuhan bakteri. Dalam proses ini, dilakukan dua kali penyuntikan gas khlor. Pertama sebelum proses pengendapan, dan kedua saat air didistribusikan dari tandon ke konsumen. Jumlah gas khlor yang disuntikkan, pertama 0,4 ppm (part per milion) dan kedua juga 0,4 ppm.

"Gas ini yang membunuh bakteri di sepanjang aliran pipa. Sehingga membuat air menjadi siap minum," tandas Bambang.

Memang gas ini sebenarnya berbahaya kalau dihirup dalam jumlah lebih dari 0,5 ppm. Namun ketika disuntikkan ke jaringan pipa dan bereaksi dengan air, gas ini menjadi tidak berbahaya.

Mengapa tidak memilih cara ozonisasi atau ultraviolet? Bambang menegaskan kedua cara tersebut sangat mahal dan membutuhkan peralatan yang sangat besar. "Memang itu salah satu cara yang efektif membunuh kuman. Namun, kalau dengan debit 1.300 liter per detik, peralatannya bisa sebesar alun-alun Kota Malang," pungkas Bambang. (yos)


0 Comments:

Post a Comment

<< Home