Wednesday, October 11, 2006

Teliti DBD, Mahasiswa FK Unibraw Sabet Juara I Peneliti Remaja 2006 LIPI

Jawa Pos - Radar Malang, Sabtu 7 Oktober 2006

Prihatin Mahalnya Biaya Obat, Pelototi Daun Pare
September lalu, dua mahasiswa Unibraw, Endah Silfiyanti dan Heri Kristianto, berhasil menjadi juara pertama pada ajang Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia Tingkat Nasional 2006 yang dihelat Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dalam ajang itu, mereka mengangkat penelitian bertajuk Pengaruh Ekstrak Daun Pare (Momordica Charantia) dalam Menghambat Pertumbuhan Larva Aedes sp. Bagaimana ceritanya?

Neny Fitrin, Malang
---

Menjadi juara I peneliti remaja LIPI 2006 sama sekali tak pernah terbayang di benak Endah Silfiyanti dan Heri Kristianto. Selain persaingan sangat ketat, para delegasi yang lolos dalam babak lima besar berasal dari perguruan tinggi terkemuka negeri ini. Di antaranya, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Universitas Lambung Mangkurat (Kalimantan Selatan), dan Universitas Atmajaya Jakarta.

Namun, tampaknya kematangan Silfi dan Heri dalam babak presentasi final mampu memikat para juri. Sehingga, mereka pun terpilih menjadi juara I. Sedangkan peserta dari Universitas Atmajaya yang mengangkat judul Enzim Keratinase Asal Isolat dari Tanah Belelarang Tangkuban Perahu dan Aplikasinya berhasil keluar sebagai juara kedua dan peserta dari Universitas Lambung Mangkurat dengan judul Identifikasi Respons Nyeri Penderita Dismenore (Nyeri Haid) Sebelum dan Sesudah Pemakaian Sepatu Listrik Sebagai Upaya Alternatif Terapi dinyatakan sebagai juara III.

"Perjuangan yang cukup panjang dan berat. Sebab, sebelum dinyatakan lolos babak lima besar, kami harus bersaing dengan 171 peserta lainnya," ungkap Silfi.

Disinggung soal penelitian yang diusung dalam kompetisi LIPI 2006 tersebut, mahasiswa yang saat ini tengah mendalami studi keperawatan di FK Unibraw ini mengungkapkan, semuanya dilatarbelakangi meningkatnya kasus kematian akibat demam berdarah (DBD) oleh nyamuk Aedes sp. Bahkan, dari tahun ke tahun di Indonesia korban meninggal akibat nyamuk tersebut terus bertambah.

Berdasarkan data Departemen Kesehatan pada akhir Pebruari 2004 terdapat 12.482 penderita DBD di 21 provinsi. Dari jumlah belasa ribu itu, 241 orang di antaranya meninggal. Meningkatnya kasus demam berdarah tersebut berhubungan dengan banyaknya populasi nyamuk dewasa dan larva nyamuk Aedes sp yang sering dijumpai di tempat penampungan air. "Itulah yang membuat kami berpikir bagaimana cara mengendalikan populasi dan menghambat pertumbuhan nyamuk mematikan tersebut," kata mahasiswi kelahiran Pati, 22 tahun silam ini.

Apalagi, prinsipnya kegiatan pemberantasan penyakit demam berdarah ditujukan untuk memutuskan rantai transmisi atau penularan pada salah satu atau lebih mata rantai yang meliputi host (manusia), agent (bibit penyakit), dan environmental (lingkungan). Namun, yang terjadi sampai saat ini masyarakat masih cenderung menggunakan obat kimia sintesis untuk memberantas larva nyamuk Aedes sp.

Padahal, jika pemberian zat kimia sintetis dilakukan berulang-ulang pada serangga, dapat menyebabkan resistensi pada keturunannya. "Solusi yang dapat ditempuh adalah mengurangi penggunaan insektisida sintesis dan beralih pada penggunaan insektisida yang alami dan ramah lingkungan," kata dia.

Nah, berangkat dari pemikiran itulah, akhirnya daun pare (Momordica charantia) menarik perhatian Silvi dan Heri. Pare sendiri merupakan salah satu tanaman yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Manfaat pare dalam dunia kesehatan telah terbukti dapat menurunkan berbagai penyakit. Pare juga dapat dimanfaatkan sebagai insektisida karena mengandung alkaloid yang pahit yaitu momordicin.

Teknis pemanfaatan daun pare ini pun cukup mudah. Yakni, mengubah daun pare menjadi ekstrak yang diberikan pada larva Aedes sp yang banyak berkembang biak pada air tergenang. Hasilnya, ekstrak daun pare mempunyai efek larvasida terhadap larva Aedes sp. Selain itu terdapat hubungan antara konsentrasi ekstrak daun pare dengan jumlah larva Aedes sp yang mati.

Sebab, terbukti senyawa-senyawa dalam daun pare yang diduga berfungsi sebagai larvasida adalah alkaloid, flavonoid, saponin, triterpenoid, dan minyak lemak. "Teknis di lapangan membuktikan bahwa ekstrak daun pare sangat signifikan menghambat, bahkan membunuh jentik-jentik larva Aedes sp," ujarnya.

Sekadar diketahui, ajang Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia (PPRI) Tingkat Nasional 2006 merupakan ajang tahunan yang diselenggarakan LIPI untuk mencari dan mengembangkan potensi penelitian di kalangan remaja. Tiga bidang yang dipertandingkan meliputi Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan, Ilmu Pengetahuan Alam, serta Teknik. Jumlah peserta PPRI tahun ini IPS sebanyak 171 dan IPA diikuti 55 peserta. Setelah melalui proses seleksi, terpilih lima peserta yang masuk ke babak final untuk kemudian melakukan presentasi di hadapan dewan juri. (*)

1 Comments:

At 10:58 PM, Blogger mahdi said...

hey guys, check out this awesome new site about

href="www.Momordica.com">Momordica

 

Post a Comment

<< Home